JAKARTA – Jaringan Doa Nasional. Nama dari “lembaga” ini sangat dikenal di kalangan Gereja – gereja dari semua aliran. Tentu juga sangat menyatu dengan para pendoa – pendoa di Indonesia.
Peran dari “Lembaga” ini dalam menggerakkan doa di Indonesia, sudah sangat nyata. Pada tahun 2024 ini, apakah pembaca tahu siapa Ketua Umum atau dalam lingkungan Jaringan Doa Nasional (JDN) disebut Fasilitator Umum (Fasum).
Media ini pada akhir 2023, berbincang – bincang dengan Fasailitator Umum JDN, Pdt. Aristarkus Tarigan, di kantornya yang berada di Jl. Pemuda, Jakarta. Pada pertemuan itu, Fasum JDN ini berkata menjadi Fasum JDN bukan hal yang instant. “Saya tahun 2001, ketika resign dari pekerjaan, fulltime melayani di Gereja di mana saya gembalakan. Saya sudah terlibat dalam pergerakan doa dari Jakarta Utara, tahun 2001,”bukanya.
Dalam perjalanan itu, di tahun 2001 sampai 2005, Pdt. Aristarkus Tarigan, mengaku terus belajar tentang kegerakan doa. Pada tahun 2005, berkat kemurahan dan kehendak Tuhan, ia dipercayakan menjadi Fasum di Jaringan Doa Sekota (JDS), Jakarta Utara.
“Saya di JDN mengikuti jenjang yang tersedia. Saya ada sekitar 2 periode, atau lebih kurang 8 tahun (periode 2005 – 2009) menjadi Fasum JDS, Jakarta Utara. Karena aktif di JDS Jakarta Utara, dan waktu itu ada Dr. Iman Santoso sebagai Founder JDN, dan ada Pdt. Tony Mulia sebagai Fasilitator JDN, Pdt. Tony Mulia, libatkan dalam Jaringan Doa level Nasional, untuk semua kegiatan saya dilibatkan, untuk menjadi panitia, dan berbagai hal,”ceriteranya.
Pada tahun 2013, Konfrensi Doa Nasional (Konas) di Makasar, diputuskan JDN tidak lagi sentralisasi tetapi disentralisasi. JDN dibagi dalam beberapa regional – regional, dan DKI menjadi salah satu regional.
“Puji Tuhan, setelah dari JDS Jakarta Utara, saya dipercaya menjadi Fasilitator Regional DKI Jakarta. Pada waktu itu semakin banyak kegiatan di JDN yang melibatkan saya, termasuk WPA Tahun 2012. Dengan begitu, sudah tidak asing lagi dengan pergerakan doa di tingkat Nasional. Apalagi bicara kegerakan doa saya sudah mulai dari tingkat Kota, lalu ke Provinsi,”.
Walau “kaya” pengalaman dalam Gerakan doa, Pdt. Aristarkus Tarigan, tetap merasa kalau saat ini bisa duduk menjadi Fasum Nasional JDN, bukan karena kemampuannya semata tetapi ada tangan Tuhan menggunakan kelima Fasilitator Nasional (Fasnas), Pdt. Charles Jonan, Pdt. Tonny Mulia, Pdt Martin Harefa, Pdt Andreas Soesatono dan Pdt Muljadi Sulaeman.
“Hari ini saya menjadi Fasum (Ketua Umum) JDN, tidak lepas dari peran kelima Fasilitator Nasional, yang melihat harus terus ada regenerasi di JDN. Maka mulailah ada pembentukan, salah satu saya untuk masuk tim Faslilitator Nasional. Tim ini dilibatkan dalam semua, untuk belajar menggerakkan, bagaimana membuat keputusan,”.
“Saya pribadi lebih kurang 2 tahun dimentor Pdt. Charles Jonan (pemimpin sebelum saya). Mereka libatkan saya untuk dipersiapkan sebagai pemimpin berikutnya. Karena kita di JDN dalam penentuan menjadi pemimpin tidak ada pemilihan, melainkan dikader orang – orang yang punya hati, punya waktu dan punya kapasitas,”.
Pdt. Aristarkus Tarigan, mengungkap timnya yang dikader oleh tim Fasnas JDN sebelumnya, di antaranya Pdt. Charles Jonan, mementor dirinya. Pdt. Tony Mulia mementor Festy Sarumaha untuk pemimpin dalam mobililassi masa. Pdt. Marthin Harefa, mementor Pdt. Teddy Kurniawan untuk Sekum. Pdt. Mulyadi Sulaeman mementor Budi Prasojo, untuk bendahara. Sedangkan Pdt. Andreas Sustono mementor dua orang, untuk Fasilitator Jaringan dan training, yaitu Pdt. Max Ebe dan Pdt Andy Mulyadi.
“Kami lebih kurang 6 orang ini sejak 2 tahun terakhir sudah dipersiapkan. Pada Konas tahun 2021, diputuskan tim kami mulai memimpin JDN. Pada tahun 2021 itu sebenarnya belum periode untuk adanya regenerasi tetapi Pdt. Charles Jonan dan rekan – rekan Fasnas, memberanikan diri untuk mendelegasi kepemimpinan kepada generasi berikutnya. Tapi tetap mereka masih melakukan mentor dan pemantauan,”tuturnya.
Baru pada Oktober 2023, di Konas 16 JDN di Makassar, diputuskan secara periodik bahwa Fasnas sudah berganti. “Tapi bukan berarti baru Oktober berganti, melainkan sudah berganti sejak tahun 2021 alias sudah lebih awal berganti,”.
Keputusan Oktober 2023 itu menjadi titik pandu bagi tim dari Pdt. Aristarkus Tarigan untuk menjalani periodik kepemimpinan bersama selama empat tahun ke depan (2023 – 2027), dengan struktur terdiri dari Dewan Penasehat (Dewan Pengarah) berjumlah 9 orang. Antara lain, Pdt. Ir. Niko Njotorahardjo, Pdt. Nus Reimas, Pdt. DR. Bambang Widjaja, Penatua Edy Leo, Dr. Iman Santoso dan Ev. Daniel Pandji, Pdt. Timotius Subakti, Ev. Gondo Widjoyo, Wilson Pribadi dan Pdt. DR. Suhandoko Wirhaspati.
Pengarah menurut Pdt. Aristakus Tarigan bukan berarti mengintervensi, tetapi lebih pada memberikan masukan dan arahan. Juga Fasnas sebelum timnya, sudah menyatakan siap untuk terus mementor. “Mentor dalam arti, bukan yang mengambil keputusan tetapi memberikan nasehat atau masukan sesuai pengalaman mereka memimpin JDN. Puji Tuhan semuanya saat ini berjalan dengan baik,”.
Pdt. Aristrakus Tarigan, berterima kasih terus kepada Tuhan, karena tim Fasnas saat ini dapat menjalankan tugas sesuai dengan tugas masing – masing. “Kami di JDN bukan kerja sendiri tetapi kerja tim, juga ada bapak – bapak pengarah dan senior – senior yang menjadi mentor,”.
Ditanya soal JDN sejak kepemimpinannya tidak banyak kegiatan akbar lagi, Pdt. Aristarkus Tarigan menegaskan karena sejak kepemimpinannya JDN sudah tidak disetralisasi lagi, JDN sudah tidak berpusat kepada kegerakan di Jakarta semata tetapi daerah – daerah bergerak semua sesuai tuntutan Tuhan.
Sejak 2013 Konas JDN di Makasar, JDN sudah dibagi dengan adanya regional – regional maka Fasnas membagi tugas sesuai regional untuk mengembangkan alias melaksanakan kegiatan.
“Pembagian ini sebenarnya memberikan kepercayaan dan memberikan keleluasaan kepada regional untuk mengembangkan, dan melakukan kegiatan doa. Hari ini kami Fasnas sudah mengembangkan regional menjadi 21. Masing – masing regional mengembangkan Jaringan Doa Sekota (JDS),”
Pdt. Aristarkus Tarigan mengakui dengan dijadikan regional, JDN berkembang dengan luar biasa. Contoh jaringan Doa Wanita sudah ada 320 Wilayah (Kecamatan). Begitupun dengan Jaringan Doa Pemuda, sudah lebih dari 70 Kota. Sedangkan Jaringan Doa Anak sudah lebih dari 120 Kota. “Kita juga memiliki Menara Doa Kota lebih dari 110 Kota. Itu semua sifatnya otonom.
Memang kegiatan JDN di Nasional tampak sepi – sepi tetapi di regional – regional sangat banyak dan berdampak. Dengan begitu, tugas Fasnas JDN di antaranya mementor regional supaya maksimal,”
Pdt. Aristarkus Tarigan menambahkan, JDN juga masih menggelar pertemuan tahunan atau yang dikenal dengan sebutan Konsultasi Doa Nasional (KDN). Sedangkan pertemuan dua tahunan namanya Konfrensi Nasional JDN (KONAS) . Juga memberikan pelatihan pelatihan doa.
Sebagai informasi, kata Pdt. Aristarkus Tarigan, JDN bukan berarti hanya Fasnas dengan jumlah 6 orang tetapi ada juga Pengurus jaringan doa Kategorial seperti JDW, JDP, JDA, MDK
Pdt. Aristarkus Tarigan mengungkap tantangan JDN dimasa kepemimpinan timnya adalah banyak pengurus yang ada di tingkat regional dan juga di tingkat Kota yang merasa menjadi pemimpin padahal JDN itu bukan struktural yang berpegang pada atasan dan bawahan.
“Ada yang merasa ‘bos’. Itu sebabnya kami merasa tugas berat untuk dapat menanamkan pemahaman bahwa JDN ini adalah jaringan dan mitra (tidak ada yang lebih tinggi dan lebih rendah). Itulah yang menjadi kekuatan, berbeda dengan kepemimpinan seperti organisasi yang menjadi kekuatan adalah atasan atau pemimpin,”.
Pdt. Aristarkus Tarigan berkata, semestinya menjadi Fasnas ataupun Fasilitator Regional hanyalah fungsi koordinasi dan fungsi menghubungkan orang – orang atau lembaga – lembaga pelayanan. “Itu sebabnya kami di Fasnas terus memberikan training – training bahwa berada di fasilitator bukan seperti memerintah orang lain, tidak. Sebaliknya ini soal membangun jaringan dan hubungan. Dengan kita memahami itu maka JDN akan tetap pada prinsipnya bahwa milik dari semua Gereja. Kenapa menjadi milik Gereja? Karena JDN itu tidak punya pendoa, yang punya pendoa adalah Gereja – gereja. JDN itu hanya mengkoneksikan satu Gereja dengan Gereja yang lain,”.
Visi JDN adalah berdoa di dalam kesatuan Tubuh Kristus. Artinya memanggil Gereja, memanggil orang percaya berdoa di dalam kesatuan, tidak membawa agenda Gereja lokal, termasuk tidak membawa agenda partai politik—sama sekali tidak. Makanya JDN sangat hati – hati, di dalam perjalanan hari – hari ini, terus menjaga agar tidak berpihak.
Disinggung terganggu tidak dengan adanya lembaga yang menyerupai JDN, bahkan orang – orang yang dipakai adalah orang – orang JDN. “Pertama, kalau ada orang yang berdoa tidak bersama JDN, tidak ada masalah. Intinya berdoa untuk kepentingan Kota, Bangsa dan Gereja serta umat manusia, di dalamnya tentu ada umat Tuhan. Kami support, semisal ada kegerakan doa namanya Indonesia Dihatiku,”
Pdt. Aristarkus Tarigan mengungkapkan mimpinya dalam memimpin JDN. “Mimpi saya dan tim melihat disemua kota ada tubuh Kristus yang berdoa. Lalu dalam pertemuan – pertemuan doa, kesatuan tubuh kristus terbangun erat dan kuat, tidak dibatasi dengan namanya organisasi Gereja asal. Kenapa menyatu karena punya visi, dan beban yang sama. JDN hadir itu mendampingi pergumulan bangsanya, kita akan berdiri di antara Tuhan dan manusia, yang bersyafaat kepada Tuhan,”.
Gembala Gereja Kristen Kudus Indonesia ( GKKI ), Jemaat Shalom, di Koja, Jakarta Utara ini menutup perbincangan dengan menegaskan Fasnas JDN kepeimpinannya ingin melihat ke depan, sekalipun bukan di kantong – kantong umat Kristiani, walau hanya ada dua atau tiga Gereja, berdiri penjaga (doa) bagi kota. “Beban kita hanya satu, melihat kota dan bangsa kita berubah kepada positif (kemajuan),”
Tim Fasilitator Nasional JARINGAN DOA NASIONAL 2023 – 2027 : Pdt Aristarkus Tarigan (Fasum), Pnt Heri Pratomo (Sekum), Ibu Cecilia Seniawati (Bendum), Pdt Festy Sarumaha (Mobilisasi), Pdt Timotius Hardono (Media & Komunikasi), Pdt Max Jhon Ebe (Jaringan & Training), Pdp Andy Mulyadi Sapan (Jaringan & Training), Pdm Duma Marpaung (JDW), Pdt Agnes Budiman (JDA), Pdt Steanly Saroensong (JDP)