TANGERANG – Adanya cerita jelek, dikatakan punya penyakit dan fitnah yang diterima oleh Ester Sukmawati, tidak membuatnya untuk melakukan pembalasan. Sebaliknya, hal itu dilihatnya sebagai bentuk pergumulan dirinya mengiring Tuhan.
Lebih dari itu, Ester Sukmawati menghadapi fitnah dan cerita jelek yang diterimanya bukan dengan melakukan blasan tetapi diletakkannya di kaki Tuhan, dan makin lagi mendekatkan diri kepada Tuhan.

Sebagai bukti Ester Sukmawati mendekatkan diri kepada Tuhan lewat Persekutuan Doa (PD) Immanuel KPM. Media ini sempat mendokumentasikan lewat pemberitaan, dimana setiap bulan ada ibadah di pabrik – pabrik yang dimilikinya, yang diselenggarakan oleh PD Immanuel. Di tahun 2025 ini saja, Ester Sukmawati telah menggelar tiga kali ibadah di pabriknya, dimulai dengan sebutan ibadah awal tahun yang diselenggarakan Jumat (10 Januari 2025), dilanjutkan dengan ibadah rutin bulanan, Jumat (24 Januari 2025) serta Jumat (14 Februari 2025).
Untuk ibadah rutin bulanan, Jumat (14 Februari 2025), Ester Sukmawati menghadirkan pembicara seorang pendeta muda bernama Dio A Pradipta, yang ayahnya adalah salah satu gembala ternama di DKI Jakarta, Pdt. Samuel Gunawan.
Pdm. Dio A. Pradipta, lulusan luar negeri ini, masih usia muda sudah didaulat menjadi dosen disebuah STT di Jakarta, memberi judul pemberitaan firman Tuhan yang disampaikannya, “Level Up”.

Pada kesempatan itu, Pdm. Dio A. Pradipta, mengakui saat ini sudah melayani full timer di gereja pengembalaan bapaknya, meminta kepada semua yang hadir untuk tiap tahun harus naik level. “Kalau kita tidak berusaha naik level, kita akan dilibas oleh zaman. Untuk itu harus bisa beradaptasi dengan zaman agar bisa naik level,”
Anak dari gembala GBI Puri ini memberikan sub tema dalam pemberitaannya, “ Cakap Mengarungi Hidup”. Sub judul ini diperkuat dengan penegasannya bahwa untuk dapat bertahan dengan perkembangan zaman maka harus mampu memiliki kemampuan beradaptasi.
Pdm. Dio A. Pradipta mengambil contoh di alkitab seseorang yang memiliki kemampuan beradaptasi yaitu Zakheus orang yang pendek. Pada saat itu Zakheus, tidak bisa melihat Tuhan Yesus karena terhalang banyak orang. Pada momentum itu Zakheus tidak menyerah, sebaliknya beradaptasi dengan keadaan. Zakheus berlari menuju pohon Ara, dan naik ke atas pohon untuk dapat melihat Yesus Kristus yang akan lewat.

“Bagi saya apa yang Zakheus lakukan memberikan kesimpulan bahwa Zakheus memiliki kemampuan beradaptasi. Zakheus tahu keterbatasan fisiknya yaitu orang pendek, pada saat itu ia berpikir bahwa untuk dapat melihat Yesus maka dia harus memanjat pohon Ara di pinggir jalan yang akan dilewati Yesus,”.
Pdm. Dio A. Pradipta, memberikan kesimpulan bahwa Zakheus mampu berinovasi dan keluar dari keterbatasannya untuk mencari jawaban dari persoalan yang dihadapinya. Pada saat itu Zakheus melihat pohon Ara itu menjadi jawaban atas persoalan yang dihadapinya.
“Bila diperhatikan, keberadaan pohon Ara di pinggir jalan itu adalah hal yang umum. Tapi pada waktu itu Zakheus mampu melihat hal yang umum menjadi jawaban atas persoalannya. Kadang, dalam perjalanan hidup kita, di depan kita ada hal – hal umum yang dapat menjadi jawaban dalam pergumulan tetapi tidak kita pakai,”
Lebih jauh, Pdm. Dio A. Pradipta menuturkan, Zakheus pada saat itu tidak lagi peduli apa kata orang (malu) dengan statusnya sebagai orang “kaya” dan naik ke pohon Ara demi melihat Yesus Kristus. “Ada banyak orang kaya sekarang, jangankan manjat pohon untuk lihat Yesus, sepatu kotor dikit saja, baju kusut atau nanti kena noda membuat tidak cari Yesus (pergi ke gereja atau beribadah). Contoh Zakheus, statusnya bukan penghalang untuk naik pohon Ara demi melihat dan bertemu dengan Yesus Kristus,”
Pdm. Dio A. Pradipta, mengungkap ada langkah yang perlu dilakukan untuk bisa cakap dalam hidup demi nail level. Pertama, belajar. Kedua, hargai masa lalu dan hidup pada masa kini. Jangan terlena pada kesuksesan masa lalu. Ketiga, bergerak cepat tetapi timing adalah segalanya. “Makanya hidup kita di tangan Tuhan, bukan ditangan dunia ini. karena itu tanya Tuhan waktu yang terbaik. Bagaimana mau tahu? Dekatkan diri kepada yang mempunyai waktu, dekatkan diri kepada Tuhan,”. Keempat, jadi yang terbaik. Anak Tuhan harus menjadi yang terbaik.
Sebelum ibadah diakhiri dengan doa berkat, terlebih dahulu dilakukan makan dan minum perjamuan suci.
Ibadah yang diselenggarakan oleh Ester Sukmawati, lewat PD Immanuel KPM ini, menjadi bukti bahwa Ester Sukmawati terus mendekatkan diri kepada Tuhan, walau ada yang memfitnah dan menjelekkan.
Kepada media ini, Ester Sukmawati tidak akan membalas kejahatan dengan kejahatan, sebaliknya akan terus berdoa agar orang yang memfitnahnya atau yang menjelekkannya, termasuk yang mengatakannya “sok” tetapi berpenyakit, mengerti yang dilakukan orang tersebut telah mencemarkan nama baik. “Saya berdoa agar orang itu bertobat,” demikian kata Ester Sukmawati.