Semarang – Umat Tuhan pada 25 Agustus 2022 jam 08.00-20.00, menggelar pujian dan penyembahan selama 12 Jam non stop di Holy Stadium, Semarang, yang diberi nama “Worship and Gathering”.
Pujian dan penyembahan 12 jam ini digagas oleh Pdt. Tony Mulia bersama Ps. Tina Agung Purnomo, yang awalnya hanya untuk 2 jam, lalu penuh semangat untuk 4 jam dan akhirnya diputuskan menjadi 12 jam.
“Kita ada 8 tim musik dan 8 kelompok, di antaranya ada Pdt. Kristine Faraknimella. Kami berkumpul untuk menyembah 12 jam non stop. Memang untuk acara 24 jam kita sering tapi banyak juga khotbah. Sedangkan di 12 jam ini tidak ada khotbah, kami terus memuji dan menyembah Tuhan. Pujian dan penyembahan selama 12 jam non stop denga nada orang yang bergantian dan ada orang yang mengikuti dari awal sampai akhir,”ungkap salah satu inisiatif, sekaligus coordinator acara, Pdt. Tony Mulia.

Pada kesempatan Pujian dan Penyembahan onsite selama 12 jam non stop tersebut, Pdt. Tony Mulia mengatakan orang yang ikut itu tidak terbatas hanya dari Jawa Tengah tetapi juga dari berbagai pulau di Indonesia, seperti dari Makasar, Batam dan lain – lain.
“Sepanjang 12 jam, tidak dapat kita bohongi, semua merasakan hadirat Tuhan turun. Dalam penyembahan 12 jam ini, kami deklarasikan 3 point. Pertama tentang uang, akar dari segala kejahatan adalah cinta akan uang. Kita tahu semua, akibat uang timbul korupsi, dan macam-macam. Pada kesempatan penyembahan ini kita mematahkan kuasa Mamon,”tuturnya.
Point kedua, umat Tuhan berdoa supaya disemua Gereja terjadi pengajaran yang benar, tidak ngaco – ngaco. Gereja harus betul-betul memperhatikan dan menegaskan ajaran bahwa Kristus hadir di dunia, menyelematkan manusia.

Ketiga, panitia mengajak generasi muda dan generasi yang lebih tua untuk maju ke ke depan, secara Bersama – sama mendeklarasikan hati bapak kembali kepada anak dan anak kepada orang bapak—Inter generasi. (Maleaki 4:6).
Pada momentum itu, dimana orangtua mengakui sekaligus memohon maaf kepada generasi muda atas (mungkin) pernah salah dan atas kekurangan serta keegoisan dan ingin menang sendiri, yang banyak dimiliki oleh orangtua.
Begitu juga generasi muda, mengakui sekaligus memohon maaf kepada generasi tua (bapak – bapak). “Setelah itu kita berangkulan, dan suasana itu yang menurut saya tidak bisa diutarakan, banyak yang menangis. Kalau hati anak (generasi muda) kepada orangtua sebaliknya hati orangtua kepada anak (generasi muda) maka yang terjadi adalah Tuhan memberikan berkat, ini yang namanya membalikkan kutuk,”tegas Pdt. Tony Mulia.

Pdt. Tony Mulia juga menjelaskan kata ayah (father) dalam aksara Ibrani yang adalah Ab. Sedangkan kata anak dalam aksara Ibrani adalah Ben. Menariknya kata Ayah (Ab) dan kata Anak (Ben) bila disatukan dalam penulisan aksara Ibrani akan dapat dibaca Aben yang artinya Batu. (Bapak dan Anak bila disatukan ternyata menjadi Batu). Matius 16 : 18 “Dan Akupun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya,”
“Jadi kalau ada Bapak dan Anak (dua generasi yang bersatu) di situ ada kekuatan Gereja, ada batu karang yang teguh, alam maut tidak bisa menguasai, setan tidak dapat berkutik lagi. Saat ini kalau ada Gereja atau keluarga yang banyak mengalami goncangan itu karena hubungan keluarga (dua generasi) ada yang tidak beres,”tegasnya..
Apa yang dijelaskan Pdt. Tony Mulia, tidak asal bicara tetapi sudah dipraktikkannya kepada anaknya. Dan saat ia dan anaknya saling meminta maaf dan saling mengampuni, berkat-berkat Tuhan tercurah buat anaknya dan dirinya.
Pdt. Tony Mulia menuturkan, adanya kegiatan pujian dan penyembahan 12 jam atau doa tidak putus-putus 24 jam, itu merupakan cara Tuhan untuk membuat umatnya memiliki keintiman denganNya. “Ibadah bukan seminggu sekali, ibadah bukan 2 jam di hari minggu. Tapi kalau lihat Firman Tuhan Mazmur 119 : 164, Daud itu 7X beribadah menyembah Tuhan, begitupun dalam Daniel 6 menulis ada 3X sehari menghadap Tuhan, juga di Kisah Rasul 3 : 1 dikatakan Petrus dan Yohanes jam 3 beribadah setiap hari,”.
Pesan yang “ditangkap” oleh Pdt. Tony Mulia dengan adanya pujian dan penyembahan di Holy Stadium, adalah saat ini Gereja harus membangun hubungan kasih antar orangtua dan anak (keluarga).
Diakhir, Pdt. Tony Mulia, mengungkapkan kata kasih dibaca dalam aksara Cina akan terbaca Ai. Dan dalam aksara itu bila ditutup bagian bawanya maka akan dibaca Mu yang berarti Mama (Ibu). Tetapi bila ditutup bagian atasnya maka akan dibaca Fu yang berarti Papa (Ayah). Juga ketika kata Kasih dalam aksara Cina itu bila diputar 90 derajat maka akan terbaca Tien yang artinya Tuhan.
Kesimpulannya, kasih dalam aksara Cina adalah rumpun dari pengertian Papa dan Mama. DI mana ada Papa dan Mama mestinya ada KASIH, ada harmonis. Dan dimana ada Kasih dan keharmonisan di sana pasti ada Tuhan.
Pdt. Tony Mulia menutup perbincangan ini dengan menegaskan berkat itu tidak hanya akan terjadi di Holy Stadium, Semarang, tetapi di kota-kota lain juga di Indonesia kalau ada kesatuan dua generasi terjadi.