Ilustrasi : Hari pencurahan Roh Kudus. Burung merpati hadir sebagai "lambang" Roh Kudus hadir buat Organisasi Gereja. Amin.

Pdt. Agus Heri Purnomo, M.Th, mengajak untuk membenahi masalah hidup suci, hati suci, pikiran suci karena ada banyak hujatan di media sosial, justru dilakukan (dikatakan) oleh hamba – hamba Tuhan. Tanpa disadari hal itu telah memadamkan Roh Kudus.

JAKARTA – Pada hari Pentakosta, Roh Kudus diberikan kepada umatNya seperti yang dijanjikan oleh Yesus Kristus. “Aku akan minta kepada Bapa, dan Ia akan memberikan kepadamu seorang Penolong yang lain, supaya Ia menyertai kamu selama-lamanya, yaitu Roh Kebenaran. Dunia tidak dapat menerima Dia, sebab dunia tidak melihat Dia dan tidak mengenal Dia. Tetapi kamu mengenal Dia, sebab Ia menyertai kamu dan akan diam di dalam kamu,”

Momentum hari Pentakosta atau hari pencurahan Roh Kudus, tentu tidak lepas dari pemahaman salah satu Gereja aliran Pentakosta yang melayani di Indonesia, yaitu Gereja Pantekosta di Indonesia (GPdI). Perjalanan Gereja yang diberinama Pantekosta ini bisa sampai satu abad, disebut – sebut tidak lepas dari hadirnya Roh Kudus dalam setiap individu yang terlibat melayani di dalamnya.

Untuk itu media ini mewawancarai beberapa hamba Tuhan GPdI, Salah satu petinggi di Majelis Daerah Gereja Pantekosta di Indonesia (GPdI), yang ada di Papua,  Pdt. Jeffry M Rengkung, mengatakan membahas hari Pentakosta tidak lepas dari fakta Yesus naik ke Surga, dan yang disampaikanNya. “Alangkah baiknya Dia kembali kepada Bapa, supaya Dia mengutus Roh Kudus atau Roh Penolong”.

Menurut Pdt. Jeffry M Rengkung, bicara Roh Kudus tentu tidak lepas dari individu – individu. Semisal di Perjanjian Lama, ketika Saul tidak mempertahankan kehidupan benar dan kudus di hadapan Tuhan, terutama melanggar kekudusan keimamatan maka Roh Kudus (Roh Allah) undur atau keluar dari dirinya.

Contoh lainnya, Daud berkata, “Jangan RohMu undur daripadaku, dan aku tidak mau jatuh ke dalam tangan manusia tetapi ke dalam tangan Tuhan,”. Itu membuktikan Daud tahu bahwa kalau sampai Roh Allah (Roh Kudus) undur maka hal yang fatal akan terjadi dalam perjalanan hidupnya.

Kalau bicara dalam lingkungan GPdI, Pdt. Jeffry M Rengkung, menuturkan bila melihat sekarang, di dalam pelajaran Teologia yang ada, khususnya pelajaran dasar tentang Roh Kudus—pengajaran dari Ps. Peterson, sudah tidak “dijaga” secara organisasi dalam pelajaran yang diterapkan di Sekolah Alkitab sekarang “sudah kenak virus”.

Pdt. Jeffry M Rengkung, juga menekankan Roh Kudus di dalam Gereja mengalami distorsi karena ada banyak hamba Tuhan yang mementingkan jabatan. Buktinya dapat dilihat dalam menentukan atau “mencari” (pilihan) pimpinan.

“Banyak individu lebih menggunakan cara dari tim sukses, “suap”—ini mengecewakan Roh Kudus. Gereja kita dikandung, dilahirkan oleh Roh Kudus dan oleh pengorbanan darah. Roh Kudus berbicara dan bekerja melalui individu, manusia, jadi perjalanan organisasi sekarang itu tidak bisa lepas dari kepemimpinan. Umat Israel berbuat dosa karena pemimpinnya juga berbuat dosa maka Tuhan hukum umat Israel.

Pdt. Jeffry M Rengkung, menegaskan Roh Kudus akan bekerja kepada organisasi lewat individu – individu pemimpin yang ada. “Kalau pemimpin – pemimpin tidak mengandalkan Roh Kudus maka akan terjadi kemunduran secara iman, kemunduran secara pengajaran, kemunduran secara spiritual dan berdampak kepada berkurangnya pengikut,”.

Ditambahkan Pdt. Jeffry M Rengkung, individu – individu tertentu di GPdI secara tidak langsung yang menggunakan cara – cara tidak “terpuji” untuk mendapatkan kepemimpinan dan menjalankan kepemimpinan maka dapat menyakiti Roh Kudus. Akibatnya sekarang pergerakan GPdI menjadi vakum, baik secara organisasi maupun secara berjemaat. “Kita terjebak pada orientasi yang sama dengan orang Israel dibawa oleh Musa putar – putar di padang gurun sampai habis generasi tersebut,”.

BACA JUGA  Caketum GPdI Pdt. Franky Rewah Menemui Pendeta Senior di GPdI, Pdt. Timotius Kastanya

Perlu diketahui ungkap Pdt. Jeffry M Rengkung, dosa dapat membuat Roh Kudus tidak bekerja luar biasa. Ingat! Tidak ada kata terlambat, tinggalkan dosa, segera saling mengampuni dan saling mengakui kesalahan. Rekonsiliasi dapat menghapus segala bentuk kejahatan, segala bentuk dosa dan dapat membangun kepercayaan bersama dengan mengedepankan kebenaran firman Tuhan serta menjadikan AD/ART organisasi sebagai panglima utama,”.

Pdt. Jeffry M Rengkung, menutup dengan memberikan kesimpulan, “pergerakan” GPdI terjadi pelambatan dikarenakan ada “pelanggaran” konstitusi. Dalam teori hukum, kalau hukum itu tegak dan tegas maka orang bengkokpun akan jadi lurus. Tetapi ketika hukum itu dipegang oleh orang yang tidak berani tegakkan AD/ART maka yang benar akan menjadi bengkok.

Ketua Majelis Daerah GPdI Jawa Tengah, Pdt. Agus Heri Purnomo, M.Th, di tempat berbeda memberikan alasan tujuan dari Yesus memberikan Roh Kudus pada waktu mau naik ke Surga, agar Roh Kudus menyertai, memimpin umatNya dan membawa umatNya kepada kebenaran. “Kita ini kata firman Tuhan daging, keinginan daging lebih kuat, kita butuh dikendalikan oleh Roh Kudus agar dapat melakukan apa yang benar dan sesuai kehendak Tuhan, supaya menjadi orang yang berkenan di hadapan Tuhan,”.

Pdt. Agus Heri Purnomo, M.Th, berkata namanya saja Roh Kudus, Dia (Roh Kudus) hanya mau menempati hidup yang kudus, sebab tanpa kekudusan tidak mungkin bisa melihat Allah. “Artinya, Allah bekerja, berkarya dan mendemostrasikan kuasaNya tidak pernah akan terjadi tanpa kekudusan,”.

Bagi yang ingin mendapatkan Roh Kudus, kata Pdt. Agus Heri Purnomo, M.Th, individu orang tersebut harus hidup kudus, baik dalam hati, pikiran dan mata—semuanya harus kudus, tidak hanya sekedar ucapan kudus tetapi benar – benar kudus. Firman Tuhan katakan dalam Mazmur 66 : 18, sekiranya ada niat hati yang jahat tentu Allah tidak akan mendengar. “Baru niat, baru fantasi dan motivasi yang tidak benar saja sudah tidak didengar oleh Tuhan doa – doa kita. Kalau kita ingin menerima kehadiran Roh Kudus, dan Roh Kudus berotoritas kepada kita maka harus betul – betul taat – tunduk dan hidup berkenan (kudus) di hadapan Tuhan,”

Ditanya soal peran Roh Kudus di GPdI, Pdt. Agus Heri Purnomo, M.Th menegaskan peranan Roh Kudus di GPdI, pada masa lalu sangat terasa lewat karyaNya yang luar biasa. Tapi saat ini, karyaNya, seperti mujizat kesembuhan mulai hilang. “Saya tidak meratakan semua hamba Tuhan. Kita harus akui masih ada hamba Tuhan yang diurapi serta dipakai dengan luar biasa oleh Tuhan, karena Roh Kudus yang berkarya,”.

Pdt. Agus Heri Purnomo, M.Th, sebagai Ketua Majelis Daerah, mengajak untuk membenahi masalah hidup suci, hati suci, pikiran suci karena ada banyak hujatan di media sosial, justru dilakukan (dikatakan) oleh hamba – hamba Tuhan. Tanpa disadari hal itu telah memadamkan Roh Kudus.

“Menurut saya di GPdI harus ada pertobatan masal, dari pimpinan sampai ke hamba – hamba Tuhan—kita harus menyadari banyak dosa hari – hari ini. Sekalipun mungkin dosa yang tidak terlihat tetapi yang sudah kita lakukan baik lewat pikiran, imajinasi, fantasi dan motivasi, bahkan kebencian, kepahitan, kemarahan. Buktinya dengan adanya event pemilihan terjadi perpecahan sana – sini, itu membuat Roh Kudus tidak bisa bekerja,”

Bersamaan dengan itu, Pdt. Agus Heri Purnomo, M.Th meminta pernyataan itu harus dipahami bukan menghakimi satu orang tertentu. “Saya hanya ingin berkata, Roh Kudus sangat sulit bekerja, berkarya di dalam satu kehidupan yang tidak kudus dan tidak berkenan. Semuanya kita harus benar – benar benahi di mana kita satu tujuan kepengen nama Tuhan dipermuliakan, tidak ada satu tujuan yang lain, maka saya percaya GPdI akan berkembang,”.

BACA JUGA  Pdt. HS Gultom : Pemimpin Tidak Punya Visi, Dapat Menimbulkan Penyimpangan

Pdt. Agus Heri Purnomo, M.Th menegaskan perkembangan terjadi bukan karena ide, strategi dan program. “GPdI akan maju kalau dilayani oleh pemimpin – pemimpin yang betul penuh dengan Roh Kudus. Di mana Roh Kudus yang memimpin, mengendalikan, yang mengarahkan bukan ambisi, bukan kehendak hati kita. Itu saja,”.

Ditambahkannya, Roh Kudus akan bekerja dimana ada persatuan dan kerukunan serta kesehataian. “Kita jangan terlalu banyak memikirkan program, jurus – jurus maju, itu hanya sekedar mengikuti. Paling penting, di mana ada Roh Kudus di situ ada terobosan. Sekarang yang menjadi kebutuhan, mari kita bergandengan tangan dengan satu visi – misi, jangan ada sakit hati, kepahitan, jangan ada ambisi lain kecuali untuk kemuliaan Tuhan. Sekarang ini ketidak rukunan sudah terjadi, dari arus atas sampai bawah. Saatnya kita lakukan pembenahan, saatnya kita bertobat bersama – sama, kita sehati, sepikir dan rukun. Itu saja, Roh Kudus pasti bekerja untuk Indonesia,”.

Pdt. Agus Heri Purnomo, M.Th, mengakui saat ini telah terjadi pergeseran dari apa yang dahulu, di mana jabatan itu bukan sebuah tujuan atau ambisi melainkan melayani – melayani. “Beda dengan sekarang, posisi menjadi rebutan. Bahkan menghalalkan segala sesuatu, dengan cara tidak jujur dan tidak benar, tidak kudus, yang penting bisa duduk dan bisa memimpin,”.

“Sekali lagi saya tidak menunjuk pada seseorang melainkan pada semua. Dahulu hamba – hamba Tuhan GPdI mengedepankan Roh Kudus. Sedangkan posisi (jabatan) tidak begitu kita hiraukan. Sekarang sudah beralih, sepertinya posisi (jabatan) itu menjadi tujuan target. Itulah penyebabnya kenapa Roh Kudus tidak bekerja karena ada sebuah pergeseran, di mana ambisi, motivasi yang tidak benar itu menguasai pikiran,”

“Kita lihat pada waktu Yesus marah di rumah Alah yang dipakai untuk jual – beli, di situ ada burung merpati yang di kurung, Yesus lepaskan. Meja yang seharusnya untuk meja roti pertunjukan (firman Tuhan) di isi untuk tukar – menukar uang. Kursi – kursi kedudukan semuanya diongkar balikkan oleh Yesus karena Yesus sangat prihatin,”

Kenapa hal itu terjadi, Pdt. Agus Heri Purnomo, M.Th menjawab karena hati manusia bukan di isi dengan firman Tuhan melainkan di isi dengan uang, di mana kursi dipakai sebagai tujuan utama sebagai posisi dan ambisi. Sementara Roh Kudus di kurung tetapi Yesus datang melepaskan burung merpati. Artinya Yesus mengijinkan Roh Kudus bekerja dengan seluas – luasnya, disaat itulah maka terjadi sebuah kebangunan rohani.

“Saya percaya GPdI belum terlambat kalau setiap kita pemimpin (hamba – hamba Tuhan) bertobat dari segala sesuatu yang tidak bersih, tidak suci, tidak berkenan. Mari kita jadikan Yesus sebagai kepala, kita sebagai tubuh, biarlah Dia yang semakin bertambah – tambah kita semakin berkurang. Saya percaya GPdI akan bangkit kembali dan akan banyak jiwa dimenangkan,”tutup Pdt. Agus Heri Purnomo, M.Th.

Apa pendapat anda tentang post ini ?
+1
1
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini