JAKARTA – Satu tokoh kontroversial yang pernah hadir dalam dunia ini, dari cara kelahiran-Nya, pelayanan-Nya, kematian-Nya, bahkan sampai kepada kebangkitan-Nya. Selama ribuan tahun sebelumnya, ratusan nubuatan tentang jalan hidup-Nya sudah dinyatakan sebelum kehadiran-Nya di dalam dunia ini dan itu tergenapi. Dia adalah tokoh yang paling banyak dibicarakan orang dalam sejarah sampai hari ini dan mungkin kontroversi tentang diri-Nya tidak akan berakhir sampai kedatangan-Nya yang kedua kali. Dia adalah Yesus Kristus yang hadir di dalam dunia sekitar 2000 tahun lalu, yang dipercayai umat Kristiani sebagai Mesias, sang Juruselamat.
Ada yang meragukan Dia pernah hadir di dunia ini, tetapi ada yang percaya Dia tokoh historis yang pernah ada di dunia ini, namun tidak percaya kalau Dia adalah sang Juruselamat, dan ada yang percaya Dia adalah Allah. Bagi orang-orang skeptis, tentunya menolak apa yang tertulis di dalam Kitab Suci (Alkitab) orang Kristen yang menyatakan keberadaan-Nya; dari kelahiran-Nya, pelayanan-Nya, kematian-Nya lewat penyaliban, bahkan sampai kebangkitan-Nya.
Sesungguhnya lebih sulit membuktikan Dia tidak pernah hadir di dunia ini ketimbang membuktikan keberadaan-Nya dalam sejarah. Banyak sumber-sumber di luar Alkitab yang mengkonfirmasi ada seorang yang hidup pada abad pertama yang namanya Yesus dari Nazareth. Sejumlah sumber dari luar Alkitab yang kredibel dan terpercaya juga menyatakan Yesus Kristus pernah mati di Kayu Salib. Sejumlah penulis dan tidak sedikit sejarawan seperti Flavius Josephus, Tacitus, Suetonius, Thallus, Pliny the Younger, the Talmud dan Lucian, juga mencatat keberadaan-Nya dan tentang kematian-Nya lewat hukuman mati. Menariknya sejumlah ahli sejarah ini bukan orang-orang yang percaya Dia adalah Tuhan dan Juruselamat.
Kontroversi tentang Yesus Kristus ini bukan hanya dari kelahiran-Nya melalui seorang perawan tanpa benih seorang laki-laki, tetapi dalam pelayanan-Nya juga sarat dengan kontroversi. Di dalam pelayanan-Nya, Dia bukan saja sering berinteraksi dengan banyak orang termasuk orang Farisi, ahli Taurat, perempuan Samaria, tetapi juga di dalam pergaulannya dengan para pemungut cukai, bahkan pernah sehidangan dengan mereka, yang mana orang-orang ini paling tidak disukai oleh orang-orang Yahudi, dengan menyamakan mereka sama dengan orang-orang berdosa.
Adakalanya ketika Dia menyembuhkan orang sakit, Dia juga menyatakan pengampunan atas dosa mereka, bahkan Dia kerapkali menyembuhkan orang pada hari Sabat. Inilah yang membuat orang Yahudi sangat marah kepada-Nya karena selain tidak memelihara hari Sabat, Dia juga dianggap telah menghujat Allah karena hal mengampuni dosa hanya dapat dilakukan oleh Allah sendiri (Luk 5:20-21). Dia bukan hanya berkuasa mengampuni orang berdosa yang dianggap menghujat Allah tetapi Dia juga dituduh telah menyamakan/menyetarakan diri-Nya dengan Allah (Yoh 10:33).
Semasa hidup-Nya di muka bumi ini, orang Farisi, para ahli Taurat, sebagian besar orang-orang Yahudi menganggap Yesus Kristus hanya seorang manusia biasa (Yoh 10:33). Akan tetapi banyak peristiwa fenomenal yang dilakukan oleh Tuhan Yesus, misalnya memelekkan mata orang buta sejak lahir, ini menjadi sulit disangkali ke Allahan-nya. Sebagian orang Farisi tidak percaya Dia datang dari Allah, di mana Dia tidak menghormati hari Sabat sebab Dia menyembuhkan orang buta itu pada hari Sabat. Akan tetapi sebagian orang Farisi tidak menyangkali mukjizat yang dilakukan Tuhan Yesus itu hanya dapat dilakukan oleh Allah (Yoh 9:16). Hal ini menimbulkan pertentangan di antara orang-orang Farisi.
Di dalam pelayanan-Nya, Dia pernah membangkitkan orang mati, yang memang pernah juga dilakukan oleh misalnya nabi Elia dan Elisa, juga rasul Petrus dan Paulus, tetapi tidak pernah ada catatan bahwa ada seseorang yang pernah membangkitkan orang yang sudah mati empat hari lamanya, selain Yesus Kristus. Orang itu adalah Lazarus, saudara dari Marta dan Maria, yang sudah mati empat hari lamanya, yang kemudian dibangkitkan oleh Yesus Kristus – ini menunjukkan kuasa-Nya atas kehidupan dan kematian melampaui batas keyakinan manusia, sekaligus mempertegas identitas-Nya sebagai Anak Allah.
Ada banyak orang mempercayai Dia seorang nabi, para kaum liberal menganggap Yesus Kristus tidak lebih dari seorang guru moral yang baik untuk diteladani, bahkan ada pula yang mempercayai Dia seorang penjahat. Dia memang satu pribadi yang penuh dengan kontroversi bagi yang tidak percaya Dia adalah Tuhan dan Juruselamat.
Kristus adalah pribadi yang unik dimana seluruh jalan hidup-Nya sudah dinubuatkan; dari kedatangan-Nya, mengapa Dia harus datang ke dunia, penderitaan-Nya sampai kepada kematian-Nya, bahkan sampai kepada kebangkitan-Nya. Nabi Yesaya yang hidup sekitar 740 tahun sebelum kehadiran Yesus Kristus ke dalam dunia, sudah menubuatkan akan kedatangan-Nya, bahkan penderitaan yang dialami-Nya dalam karya penebusan dan penyelamatan manusia dari maut akibat dosa. Dalam Injil Luk 22:37, Lukas mengutip Yesaya 53:12 dimana nabi Yesaya sudah menubuatkan Dia menanggung dosa umat manusia yang memberontak kepada Allah.
Rasul Yohanes (Yoh 19:24) bahkan mengutip nubuatan dalam kitab Mazmur (Mzm 22:19) yang ditulis sekitar 1000 tahun sebelum hal itu terjadi. Selain itu, Yohanes juga pernah mengutip nubuatan tentang Kristus (Kel 12:46, Bil 9:12, Mzm 34:21) bahwa tidak ada satupun tulang dari anggota tubuh-Nya yang akan dipatahkan, padahal kedua orang yang di salib di samping kiri dan kanan Tuhan Yesus, kaki mereka dipatahkan (Yoh 19:32) untuk mempercepat kematian mereka, berhubung beberapa jam kemudian menjelang pergantian ke hari Sabat, pada hari itu mereka tidak boleh menurunkan mayat-mayat.
Kematian orang lewat hukuman penyaliban itu umumnya memakan waktu dari beberapa jam sampai beberapa hari dan itu adalah salah satu bentuk penyiksaan yang paling menderita dari sebuah cara hukuman mati. Akan tetapi kematian Yesus Kristus begitu cepat sehingga prajurit-prajurit Romawi ini tidak perlu mematahkan kaki-Nya (Yoh 19:33). Ini menggenapi satu nubuatan yang sudah ditulis ribuan tahun sebelumnya (Mzm 34:21).
Perkataan-Nya yang kontroversial dimana ketika Dia menyatakan pra-eksistensi-Nya yaitu Dia ada sebelum Dia dilahirkan. Jarak antara Abraham dan Yesus Kristus di dalam dunia sekitar rentang waktu 2000 tahun, tetapi Dia mengatakan bahwa Abraham melihat-Nya (Yoh 8:56), dan Dia ada sebelum Abraham (Yoh 8:58). Yohanes Pembaptis yang lahir beberapa bulan sebelum Yesus, juga mengatakan bahwa Yesus ada sebelum dia (Yoh 1:29-30). Ini sering Dia tunjukkan dengan menyebut diri-Nya “datang”, dan bukan “lahir” – pernyataan-Nya itu menyiratkan pra-eksistensi-Nya (Mat 5:17, 10:34-35 ; Mrk 2:17 ; Yoh 10:10 ; Luk 12:51).
Kenapa Yesus Kudus?
Sejak kejatuhan Adam dan Hawa dalam dosa, Alkitab berkata tidak ada satu manusia yang tidak berdosa (Rm 5:12 ; Rm 3:10-12 ; Mzm 51:7 ; 1 Yoh 1:8, 10), akan tetapi Yesus mengatakan diri-Nya tidak berdosa (Yoh 8:46) dan tidak pernah berbuat dosa (Yoh 8:29). Yesus disebut “Yang Kudus” (Luk 1:35 ; Yoh 6:69), yang berarti Dia suci, tidak ada cacat dan cela sedikitpun. Kata “kudus” dalam bahasa Ibrani “qadosh” atau “hagios” dalam bahasa Yunani yang mengandung beberapa arti tergantung dari konteks sebuah teks. “Kudus” bisa berarti “dipisahkan”, “dikhususkan atau dipilih untuk tugas khusus”, dan juga bisa berarti “suci, tanpa cacat dan cela”.
Semua manusia keturunan Adam tidak bisa mendapat predikat “suci”, tetapi predikat itu hanya dapat disematkan kepada Kristus karena Dia bukan keturunan Adam. Setiap orang percaya kepada Tuhan Yesus atau anak-anak Allah disebut sebagai “orang-orang kudus”, itu menunjuk kepada arti “dipisahkan” atau “dikhususkan untuk tugas tertentu” dan tidak pernah ditujukan kepada arti “suci, tanpa cacat dan cela”. Kristus dipilih, dipisahkan dan diutus untuk tugas khusus oleh Allah Bapa yaitu menjadi Penebus bagi dunia melalui pekerjaan Roh Kudus. Kristus suci, tidak berdosa sedikitpun, dalam karya penebusan-Nya yang sempurna bagi orang-orang pilihan-Nya.
Bukan hanya orang percaya pada Yesus Kristus yang mengakui kekudusan-Nya (kesucian-Nya), tetapi orang-orang yang memusuhi-Nya pun percaya Dia kudus (suci).
▪ Pontius Pilatus berkata tentang Yesus Kristus: “aku tidak mendapati kesalahan apapun pada orang ini” (Luk 23:4).
▪ Isteri Pontius Pilatus mengirim pesan kepada Pontius Pilatus ketika mengadili Yesus: “jangan engkau mencampuri perkara orang benar ini” (Mat 27:19).
▪ Herodes berkata: “sesungguhnya tidak ada suatu apapun yang dilakukan-Nya yang setimpal dengan hukuman mati” (Luk 23:15).
▪ Penjahat disalib disamping Yesus berkata: “orang ini tidak berbuat sesuatu yang salah” (Luk 23:41).
▪ Yudas Iskariot berkata: “aku telah berdosa karena menyerahkan darah orang yang tak bersalah” (Mat 27:4).
▪ Kepala pasukan Romawi: “sungguh, orang ini adalah orang benar” (Luk 23:47).
▪ Iblis berkata: “aku tahu siapa Engkau: Yang Kudus dari Allah” (Luk 4:34).
Seorang teolog, Millard J. Erickson mengatakan: “Dia mengajarkan murid-murid-Nya untuk mengaku dosa mereka serta memohon pengampunan, namun tidak ada laporan bahwa Ia mengaku dosa dan memohon pengampunan untuk diri-Nya sendiri. Sekalipun Ia pergi ke Bait Suci, tidak ada laporan bahwa Ia mempersembahkan korban untuk diri dan dosa-dosa-Nya selain dituduh menghujat, tidak ada dosa lain yang dituduhkan kepada-Nya”. Dalam doa Bapa kami, Dia berkata “ampunilah kami akan segala dosa kami” – kata “kami” di sini tentu tidak dimaksudkan termasuk Tuhan Yesus karena ini dalam konteks Dia sedang mengajarkan murid-murid-Nya berdoa.
Orang Yahudi menghukum Yesus Kristus, namun mereka sendiri mengakui bahwa mereka tidak menemukan kesalahan apapun yang diperbuat-Nya. Satu pengadilan yang paling kontroversial yang pernah terjadi dalam sejarah, karena penghukuman hanya terjadi apabila seseorang melakukan pelanggaran tetapi Yesus Kristus dihukum mati bukan karena perbuatan-Nya tetapi karena identitas-Nya atau siapa diri-Nya.
Para pendiri agama ada yang mengklaim: “aku nabi pemberita jalan”, yang lain mengatakan “kulihat jalan”, ada yang memberi pengharapan “aku mencari jalan”, ada pula yang meyakinkan “aku tahu jalan”, para pemikir berkata “kita sedang menuju kesana”; tetapi dengan tegas dan gamblang Yesus berkata: “Akulah jalan” (Yoh 14:6). John Stott dalam bukunya “Kedaulatan dan Karya Kristus” dia menuliskan: Guru-guru lain meniadakan diri, tetapi Yesus mengangkat diri.
Masing-masing guru itu berkata: “Menurut pendapatku, itulah jalan kebenaran, hendaklah engkau menurutinya”. Tapi Yesus berkata: “Akulah kebenaran: Ikutlah Aku”. Tidak seorang pun pendiri agama lain yang berani mengeluarkan pernyataan demikian”. Sifat pengajaran Yesus berpusat pada diri-Nya sendiri. Dia memang sering menyebut Allah Bapa-Nya, tetapi selalu dilanjut pernyataan bahwa Dia memiliki relasi yang unik dengan sang Bapa sebagai Anak.
Semua makam para pendiri agama ditempati tetapi hanya makam Yesus Kristus yang kosong, karena Dia bangkit pada hari yang ketiga. Sederet daftar isu kontroversi dapat dituliskan tentang Yesus Kristus, tetapi penolakan terhadap diri-Nya tidak mengurangi sedikitpun fakta keAllahan-Nya. Dia adalah Allah dan sekaligus manusia yang tidak dapat diterima oleh nalar manusia kecuali mereka yang sudah dilahirbarukan oleh Roh Kudus (Tit 3:5 ; Yoh 3:3-8).
Kedatatangan-Nya Membawa Damai
Kristus datang ke dunia pada Natal itu membawa damai di bumi, di iringi dengan pujian yang dikumandangkan oleh para malaikat beserta bala tentara surga.
Luk 2:11-14 (Ay 11) Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud. (Ay 12) Dan inilah tandanya bagimu: Kamu akan menjumpai seorang bayi dibungkus dengan lampin dan terbaring di dalam palungan.” (Ay 13) Dan tiba-tiba tampaklah bersama-sama dengan malaikat itu sejumlah besar bala tentara sorga yang memuji Allah, katanya: (Ay 14) “Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya.”
➢ Kehadiran-Nya di dunia ini benar membawa damai, namun tidak dikatakan untuk semua orang, tetapi hanya bagi mereka yang berkenan kepada-Nya (Ay 14), atau dengan kata lain adalah orang-orang pilihan-Nya.
Apa yang dimaksud kedatangan-Nya membawa damai? Apakah damai berarti tidak ada kesusahan? Bebas dari masalah? Tidak ada sakit penyakit? Tidak ada kesulitan keuangan dan berbagai macam masalah lainnya? Damai di sini tidak selalu identik dengan hal-hal jasmaniah yang bersifat sementara, tetapi kepada hal yang lebih esensial dan bersifat rohani.
Sejak kejatuhan Adam dan Hawa dalam dosa, semua manusia keturunan Adam mewarisi dosa asal ini (Rm 5:12 ; Mzm 51:7). Manusia berdosa adalah seteru Allah dan Kristus adalah jalan pendamaian antara Allah dengan manusia (Rm 3:25 ; Rm 5:9-11 ; 2 Kor 5:18-20 ; Kol 1:19-20). 2 Kor 5:21 Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah.
Rm 5:10 Sebab jikalau kita, ketika masih seteru, diperdamaikan dengan Allah oleh kematian Anak-Nya, lebih-lebih kita, yang sekarang telah diperdamaikan, pasti akan diselamatkan oleh hidup-Nya!
Semua dosa manusia ditanggungkan kepada-Nya sebagai hukuman maut yang seharusnya dialami oleh umat Allah, tetapi Dia menjadi substitusi (pengganti) bagi manusia berdosa dimana tuntutan keadilan Allah dinyatakan atas penghukuman dosa manusia yang ditanggung-Nya. Kematian Kristus menanggung penghukuman dosa manusia, ini memuaskan keadilan Allah dan murka Allah diredakan. Kristus menjadi Pendamai antara Allah dan manusia melalui kematian-Nya sehingga orang berdosa yang percaya kepada-Nya dibenarkan oleh Allah.
Semua manusia keturunan Adam adalah manusia berdosa dan menjadi obyek murka Allah. Dengan demikian, obyek murka Allah adalah orang-orang berdosa, termasuk juga orang-orang pilihan didalamnya karena mereka juga sudah berdosa; sedangkan obyek kasih Allah adalah orang-orang pilihan-Nya didalam Kristus (Ef 1:4-5 ; Gal 1:15).
Akan tetapi terhadap orang-orang pilihan-Nya yaitu orang-orang percaya yang menjadi obyek kasih-Nya, keadilan dan murka Allah tetap dijalankan karena mereka juga orang-orang berdosa. Keadilan dan murka Allah terhadap mereka (orang-orang pilihan) itu ditimpakan kepada Yesus Kristus sebagai ganti mereka, sehingga tidak ada penghukuman bagi mereka yang ada didalam Kristus Yesus (Rm 8:1). Mereka menjadi orang-orang yang dibenarkan oleh Allah karena kebenaran Kristus yang di imputasikan (diperhitungkan) kepada mereka (Rm 4:22-25, 8:29-30, 10:9-10 ; 2 Kor 5:21).
Dia Datang Membawa Pertentangan
Benarkah Kristus datang membawa pertentangan? Bukanlah ini bertentangan dengan natur Kristus sebagai pembawa damai (Luk 2:14)? Bukankah nabi Yesaya juga menubuatkan kedatangan-Nya ke dunia dengan menyematkan gelar “Raja Damai” kepada-Nya (Yes 9:5)? Bukankah Dia sendiri mengajarkan untuk mengasihi musuh-musuh kita, bahkan berdoa bagi mereka (Mat 5:27, 28, 43-44 ; Luk 6:35)?
Bukankah Kristus sendiri mengajarkan mereka yang membawa damai adalah orang-orang yang berbahagia karena mereka disebut anak-anak Allah (Mat 5:9)? Lalu mengapa Dia mengatakan yang sebaliknya bahwa Dia datang bukan membawa damai tetapi pertentangan (Luk 12:51)? Luk 12:51 “Kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk membawa damai di atas bumi? Bukan, kata-Ku kepadamu, bukan damai, melainkan pertentangan,”.
Ketika hanya membaca Luk 12:51, dengan cepat kita akan berkata ayat ini bertentangan dengan Luk 2:11-14. Dua bagian yang ditulis oleh orang yang sama, dalam Injil yang sama pula, tidak mungkin ada arti yang bertentangan didalamnya, karena Alkitab ditulis oleh para penulis yang di inspirasikan oleh Roh Kudus (2 Tim 3:16).
Agak sulit menemukan konteks dalam Luk 12:51 ini karena tidak dijelaskan mengapa ada pertentangan didalam keluarga. Salah satu prinsip menafsir dengan melihat teks-teks lain yang parallel dalam kisah tersebut. Dalam Alkitab Perjanjian Baru, ada empat Injil (Matius, Markus, Lukas dan Yohanes), tiga diantaranya disebut Injil sinoptik: Matius, Markus dan Lukas. “Sinoptik” berarti “baca bersama-sama”. Mengapa ketiga Injil ini dibaca secara bersamaan/berdampingan karena ketiga Injil ini ditulis oleh tiga orang yang berbeda tentang peristiwa yang sama yaitu mengamati dan mencatat tentang pelayanan Tuhan Yesus ketika ada di muka bumi ini. Ketiga Injil ini ditulis dari tiga perspektif yang berbeda oleh masing-masing penulisnya, namun tidak ada pertentangan didalamnya, melainkan saling melengkapi.
Untuk menemukan konteks dari ucapan Tuhan Yesus ini perlu melihat bagian parallel nya di Injil Matius 10:34-42. Alkitab LAI memberi judul perikop ini “Yesus membawa pemisahan – Bagaimana mengikut Yesus”. Matius bahkan menggunakan istilah “Yesus datang bukan membawa damai melainkan pedang” (ayat 34). Tentunya kata “pedang” disini bukan dalam arti literal tetapi satu makna figuratif (metaphora) yang berarti “permusuhan/pemisahan”.
Dalam konteks dekat, dapat diketahui bahwa apabila seseorang dari keluarga bukan orang percaya, kemudian dia bertobat dan percaya Kristus, akan terjadi pertentangan didalam keluarga itu karena imannya yang baru. Dia akan mengalami pertentangan dari anggota keluarganya, bahkan bisa terjadi penolakan dan pengucilan terhadap dirinya. Dia bisa dimusuhi oleh seisi rumahnya (Mat 10:36), artinya ada ketegangan dalam keluarga itu oleh sebab satu orang yang berpindah imannya menjadi pengikut Kristus. Itulah yang dikatakan Tuhan Yesus pada ayat 35, akan terjadi pemisahan orang itu dari ayahnya, anak perempuan dari ibunya, menantu perempuan dari ibu mertuanya, dan semua anggota keluarga lainnya.
Yang menjadi pertanyaan, mengapa harus terjadi pertentangan yang begitu hebat ketika seseorang dalam anggota keluarga non Kristen, kemudian menjadi percaya kepada Kristus? Dari konteks dekat, tidak ada indikasi yang cukup untuk dapat menarik kesimpulan sehingga perlu melihat konteks yang lebih jauh yaitu mulai dari ayat pertama dalam Matius 10, dimana Tuhan Yesus mengutus ke dua belas murid-murid-Nya untuk pertama kalinya memberitakan Injil tanpa bersama Dia. Tuhan Yesus memanggil mereka untuk memperlengkapi mereka dengan kuasa untuk mengusir roh-roh jahat dan menyembuhkan orang sakit ketika dalam penginjilan mereka (Mat 10:1-4).
Didalam pengutusan para murid ini, Tuhan Yesus berpesan dengan jelas kepada mereka untuk memberitakan Injil hanya kepada “domba-domba yang hilang dari umat Israel”, artinya tidak kepada bangsa-bangsa lain diluar orang Yahudi (Mat 10:5-6). Dari teks-teks ini, dapat diketahui dengan jelas, orang yang Tuhan Yesus maksudkan bertobat di Mat 10:34-42 itu merujuk kepada orang Yahudi yang menjadi orang percaya setelah mendengar Injil dari para murid-murid-Nya.
Didalam budaya Yahudi, baik di dalam masa Tuhan Yesus ada di muka bumi ini maupun masa sekarang, orang Yahudi yang bertobat dan menjadi pengikut Kristus sering menghadapi penolakan, pengucilan, dan bahkan permusuhan yang keras dari anggota keluarga mereka. Menjadi pengikut Kristus dianggap sebagai pelanggaran terhadap tradisi Yahudi. Berpindah keyakinan dari Yudaisme ke iman Kristen akan mengalami tantangan berat karena sering dianggap sebagai pengkhianatan terhadap warisan agama dan budaya Yahudi. Bukan saja mereka dapat ditolak dan dikucilkan dari keluarga tetapi juga dari komunitas mereka.
Alasan lain yang tidak kalah penting bagi orang Yahudi adalah mereka masih menantikan kedatangan Mesias, sehingga orang yang menerima Kristus dianggap sesat dan menyesatkan komunitas mereka. Ini terlihat di dalam Yoh 9 ketika seorang buta dari lahir yang matanya dimelekkan oleh Tuhan Yesus. Ketika orang-orang Farisi menanyakan kepada orang tuanya, bagaimana anaknya yang buta sejak lahir dapat melihat; orang tuanya hanya mengatakan: “Tidak tahu”, karena mereka takut ketika mengaku Kristus sebagai Mesias, mereka akan dikucilkan dari komunitas orang Yahudi (Yoh 9:22).
Sesungguhnya hal seperti ini masih relevan terjadi di masa kini, bukan hanya terhadap orang Yahudi namun juga kepada bangsa lain, hanya ada perbedaan tingkatan atau derajat resistensi/penolakan dari masing-masing bangsa atau keluarga. Biasanya resistensi keras datang dari suatu bangsa atau keluarga yang mempunyai latar belakang budaya dan akar tradisi yang kuat, sehingga pertentangan umumnya tidak terhindarkan. Apabila hal tersebut terjadi, satu hal yang perlu dicamkan, sebagai anak-anak Tuhan yang sudah bertobat, tidak boleh memusuhi anggota keluarga yang memusuhi mereka, sebaliknya justru harus menyatakan kasih dan mendoakan mereka.
Itulah arti Yesus datang membawa pertentangan didalam keluarga dalam konteks penginjilan dan ini tidak berkontradiksi dengan Yesus datang membawa damai karena keduanya dalam konteks yang berbeda dan keduanya adalah kebenaran. Ada harga yang harus dibayar ketika menjadi orang percaya dan menjadi pengikut Kristus. Walaupun ada hal-hal yang harus ditinggalkan waktu mengenal Kristus dengan seungguh-sungguh, tetapi ada kehidupan sejati yang Allah janjikan. Dalam kalimat Tuhan Yesus selanjutnya di Mat 10:39 “Barangsiapa mempertahankan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, dan barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya”.
➢ Ada konsekuensi sebagai pengikut Kristus ialah bersedia menyerahkan seluruh aspek hidup kepada-Nya, termasuk segala kenyamanan yang bersifat duniawi, tetapi sebagai gantinya ada kehidupan sejati yang Allah berikan. “Mempertahankan nyawa” artinya menolak untuk percaya kepada Kristus, dan orang itu akan “kehilangan nyawanya” artinya tidak memperoleh keselamatan. Sebaliknya “kehilangan nyawa karena Aku, ia akan memperolehnya”, artinya orang itu rela meninggalkan imannya yang lama dan percaya kepada Kristus, dengan konsekuensi mungkin akan dimusuhi oleh seisi rumahnya, tetapi anugerah terbesar diperolehnya yaitu keselamatan.
Hidup adalah “pinjaman”
Satu hal menarik dari kehadiran Kristus di dunia ini, Dia tidak memiliki apa-apa, dalam arti kata semuanya serba “pinjaman”.
▪ Kandungan Maria yang “dipinjam” untuk melahirkan bayi Yesus.
▪ Ketika Yesus lahir, Ia tidak lahir di rumah atau istana melainkan diletakkan di palungan (Luk 2:7) yang “dipinjamkan” karena Maria dan Yusuf tidak menemukan tempat di penginapan.
▪ Di dalam pelayanan-Nya, Yesus sering “meminjam” perahu nelayan, termasuk milik Petrus, untuk mengajar orang banyak di tepi pantai (Luk 5:3).
▪ Beberapa hari menjelang penyaliban-Nya, Yesus masuk ke Yerusalem dengan menunggangi seekor keledai yang “dipinjamkan” (Mat 21:1-11 ; Mrk 11:1-11 ; Luk 19:28-40 ; Yoh 12:12-19).
▪ Pada malam terakhir-Nya sebelum penyaliban, Yesus mengadakan Perjamuan Paskah di ruang atas yang “dipinjamkan” (Mrk 14:13-15).
▪ Sampai pada kematian-Nya pun setelah penyaliban, tubuh Yesus Kristus dimakamkan di kubur milik Yusuf dari Arimatea, seorang anggota Sanhedrin yang menjadi pengikut Yesus (Mat 2:57-60). Kubur ini hanya “dipinjam” sementara karena kemudian Yesus bangkit pada hari ketiga.
Ini mengingatkan kepada kita bahwa dunia ini bukan tujuan akhir hidup kita, hidup di dunia itu hanya “dipinjamkan” sementara karena hidup yang sesungguhnya yaitu kehidupan kekal ada di langit baru dan bumi baru. Yesus Kristus yang meluputkan penghukuman kekal dan memperoleh hidup kekal bersama-Nya, bagi setiap orang yang percaya kepada-Nya.
Yesus Kristus adalah harta yang paling berharga, bahkan tak ternilai harganya, yang Allah berikan kepada dunia ini. Barangsiapa yang percaya kepada-Nya tidak akan binasa tetapi memperoleh hidup yang kekal. Tanpa pemberitaan Injil, tidak ada satupun manusia dapat mengenal Kristus karena nama-Nya tidak pernah didengarnya. Dalam kesementaraan hidup di dunia ini, lakukanlah tanggung jawab sebagai anak-anak Allah untuk memberitakan kabar baik ini, sesuai yang telah Dia perintahkan dalam firman-Nya, bahwa Juruselamat dunia, Yesus Kristus Tuhan telah datang.
Rm 10:13-15 (Ay 13) Sebab, barangsiapa yang berseru kepada nama Tuhan, akan diselamatkan. (Ay 14) Tetapi bagaimana mereka dapat berseru kepada-Nya, jika mereka tidak percaya kepada Dia? Bagaimana mereka dapat percaya kepada Dia, jika mereka tidak mendengar tentang Dia. Bagaimana mereka mendengar tentang Dia, jika tidak ada yang memberitakan-Nya? (Ay 15) Dan bagaimana mereka dapat memberitakan-Nya, jika mereka tidak diutus? Seperti ada tertulis: “Betapa indahnya kedatangan mereka yang membawa kabar baik!” Soli Deo Gloria
Penulis : Harry Mandagi, adalah seorang pemerhati yang memiliki panggilan pelayanan untuk umat Kristiani di Indonesia lintas Sinode Gereja.