Ilustrasi : Jemaat beribadah di dalam Gereja. Foto ini diambil jauh sebelum Covid-19 masuk di Indonesia

Jakarta – Penularan Covid-19 di Indonesia memberikan beberapa minggu belakangan ini memberikan pengharapan. Bila dilihat data yang dirilis oleh pemerintah melalui Satgas Covid-19, wajarlah lembaga – lembaga kesehatan international menempatkan Indonesia sebagai negara dengan resiko rendah penularan Covid-19 atau berada di level 1.

Fakta itu membuat pemerintah mulai melonggarkan berbagai aktivitas masyarakat dengan tetap meminta dan tidak lelah mengingatkan masyarakat untuk taat protokol Kesehatan. 

Pantauan media ini, sejak diberikan kelonggaran, rumah – rumah ibadah mulai dibuka untuk kegiatan peribadatan, diantaranya gereja – gereja mulai menggelar ibadah offline di hari – hari ibadah.

Adanya kelonggaran dan makin melandainya penularan virus Covid-19 di Indonesia, Pdt. Drs. Budi Sastradiputra, M.Th, mengatakan sangat bersyukur kepada Tuhan. Tapi tidak dalam arti terlena, tetap harus ketat menjaga protokol Kesehatan.

“Sangat bersyukur atas melandainya Covid-19. Namun tetap harus menjaga prokes dengan baik dan tidak boleh ceroboh. Kita berdoa agar Covid-19 tidak melonjak lagi,”katanya.

Untuk Gereja yang digembalakannya, Gereja Bethel Indonesia (GBI) Rayon 1F diungkapkannya belum sepenuhnya melakukan ibadah offline. “Kita belum buka ibadah offline sepenuhnya baru try out saja bagi pengerja dan jemaat yang mau datang,”tuturnya.

Ditanya soal antusias jemaat untuk mengikuti ibadah offline, gembala GBI ICON yang Gerejanya berada di Gedung Ciputra World-Kuningan, Jakarta ini mengungkapkan jemaat ada yang antusiasi dan ada yang masih melihat perkembangan penularan Covid-19. “Jemaat belum semua antusias masih ada yang ‘wait and see’. Bagi jemaat yang sudah ikut ibadah offline saya kami pengurus terus mengingatkan dan mengungkapkan terima kasih karena taat mengikuti prokes juga mau aman,”ungkapnya. 

Pdt. Drs. Budi Sastradiputra, M.Th, yang juga Ketua dari salah satu STT di Jakarta ini menegaskan bila ‘dipaksa’ dirinya untuk membandingkan ibadah offline dan online, jawabannya ibadah offline tentu lebih baik. “Ibadah offline pasti lebih baik, lebih fokus, lebih serius dan lebih hidup. Usahakan agar meskipun ada ibadah hybrid yang bisa memilih mau ibadah online atau offline, pilihlah untuk mengikuti ibadah secara offline,”Anjurnya.

BACA JUGA  Babak Baru Sinode GKSI Usai Putusan Inkrah Terhadap MM

Secara terpisah, media ini juga bertanya kepada Pdt. Edy Wagino, S.Th, M.Th, gembala GBI yang pengembalaannya di Karawang, Jawa Barat. “Terkait dengan melandai Covid 19, sebagai hamba Tuhan yang pasti pertama  Puji Tuhan, karena semua boleh terjadi atas anugerah dan perkenaannya Tuhan. Kedua, memang kita ucapkan terima kasih pada pemerintah karena tidak mengenal lelah mengingatkan masyarakat untuk taat prokes dan membuat aturan PPKM serta gencar melakukan vaksinasi. Dengan demikian bisa berdampak terhadap turun drastis masyarakat yang terpapar Covid-19,”katanya.

Gembala GBI Sinona, Karawang ini mengungkapkan dengan pemerintah memberikan kelonggaran untuk melaksanakan ibadah, jemaat yang digembalakannya menyambut dengan antusias. 

“Yang pasti jemaat sangat antusias menyambut bisa kembali ibadah offline atau onside. Selama dua tahun terakhir ini akibat Covid-19 praktis kebanyakan ibadah lewat online (zoommeeting, youtube dll). Ada kerinduan besar dari jemaat untuk bersama-sama memuji dan memuliakan Tuhan, dan tentu interaksi tatap muka langsung akan semakin membuat jemaat bersukacita memuji dan memuliakan  Tuhan. Dibukanya ‘kran’ibadah bersama tentu seperti Oase bagi jemaat yang lama merindukan berkumpul bersama,”kata Pdt. Edy Wagino, S.Th, M.Th, sambil menyitir firman Tuhan yang ada di dalam Matius 18:20, dimana ada dan tiga orang berkumpul bersama dalam namaKu, di sana Tuhan hadir. 

Dalam melaksanakan ibadah, Pdt. Edy Wagino, S.Th, M.Th, yang sehari-hari menjadi pemerhati sosial ini mengatakan jemaat Tuhan yang baik tentu adalah warganegara yang baik pula. “Sebagai Warga Negara yang baik tentunya juga warga jemaat yang baik. Jemaat kita taat Prokes. Sebelum mengikuti ibadah telah menerapkan 3 M dan 5 M. Saya sebagai pimpinan jemaat meminta pengerja gereja (GBI Sinona) untuk membantu jemaat mengingatkan taat Prokes sebelum dan sesudah ibadah termasuk mengukur suhu tubuh, dan menjaga jarak serta tetap memakai masker,”

BACA JUGA  Pesan Pdt. Nathan Setiabudi: Jangan Cobai Tuhan dengan Menyepelekan Covid-19

Pdt. Edy Wagino, S.Th, M.Th, mengungkapkan ditengah antusiasnya jemaat untuk mengikuti ibadah offline, pihak gerejanya tetap mengingatkan kepada kelompok Lansia untuk supaya lebih ketat lagi melakukan Prokes. “Untuk lansia memang masih dilonggarkan tidak harus wajib karena mereka termasuk kelompok rentan,”ungkapnya. 

Diakhir, Pdt. Edy Wagino, S.Th, M.Th, berkata, di tengah pandemi Tuhan Yesus  menyatakan  kuasa kasihNya  seperti 2000 tahun lalu kepada Elia  dalam 1 Raja-Raja 17:” Sekali hujan tidak turun 3,5 setahun, Dia pelihara janda sarfat yang miskin,”.

Begitupun peristiwa yang diceriterakan di Kejedian 26:1 (TB) Maka timbullah kelaparan di negeri itu – Ini bukan kelaparan yang pertama, yang telah terjadi dalam zaman Abraham. Sebab itu Ishak pergi ke Gerar kepada Abimelekh, raja Falistin.”

“Oleh karena itu jangan kuatir dan cemas sebab Dia selalu menyertai kita kata firmanNya dalam Ibrani 13:5 (TB) ‘Janganlah kamu menjadi hamba uang dan cukupkanlah dirimu dengan apa yang ada padamu. Karena Allah telah berfirman: Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau.’  Janji itu kita imani, apalagi di saat Covid – 19 percayalah Yesus tidak akan pernah sekali-kali meninggalkan kita. Amin,”jelasnya.

Apa pendapat anda tentang post ini ?
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini