MITRA INDONESIA – Tahun 2018, suasana politik semakin “panas”. Berbagai pihak saling melempar data dan mengklaim calonnya yang paling hebat serta benar. Suasana tersebut membuat mata orang tertuju pada isu yang sedang bergulir, salah satunya Bendahara Umum GBI Pdt. Ir. Suyapto Tandyawasesa, M.Th.
Menurutnya, situasi yang sedang berkembang saat ini tidak usah ditanggapi secara serius oleh umat Tuhan. Sebab, situasi semacam ini sering terjadi setiap ada pemilihan kepala daerah maupun kepala negara. “Para tim sukses paslon kan sengaja melontarkan hal-hal tersebut untuk menjelek-jelekkan lawan,” katanya pada Selasa (26/6/2018) di Graha Bethel, Jakarta Pusat.
Lebih jauh, hal tersebut sengaja digulirkan untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Seperti saat ini, berbagai isu muncul menjelang Pilkada agar para calon yang diusung suatu partai menang di berbagai daerah. “Ketika calonnya menang di berbagai daerah, maka peluang untuk menjadi RI 1 semakin terbuka lebar karena telah mampu menguasai suatu daerah,” urainya.
Umat, tambah Pdt. Suyapto harus lebih peka dan mampu memilah mana berita yang benar dan hoaks. Caranya, mengecek setiap isu yang muncul di media mainstream yang terpercaya. “Serangan-serangan ini setelah Pilkada akan selesai kok. Nanti menejelang Pilpres baru mulai muncul lagi. Intinya data atau apapun yang mereka pakai hanya untuk mendongkrak suara calon yang mereka usung,” tegasnya.
Di sisi lain, Pdt. Suyapto menganggap isu tentang ketidak netralan BIN, Polri atau TNI bukanlah sebuah berita yang mengejutkan. Menurutnya, hal tersebut wajar karena mereka adalah alat negara. “Yang perlu diperhatikan adalah sejauh mana mereka membentuk opini sehingga bisa memenangkan suatu pihak. Itu harus kita gali lebih dalam lagi,” ujarnya.
Pdt. Suyapto mengimbau supaya umat memilih calon yang memiliki rekam jejak jelas dan benar-benar memiliki hati untuk rakyat. Apalagi secara sinode, GBI jelas tidak menudukung salah satu calon karena akan merugikan. “Sikap GBI jelas, hanya mendukung pejabat yang track recordnya bagus,” tandasnya.
Lebih jauh, sudah sepatutnya umat memilih berdasarkan hati nurani dan tidak terpengaruh terhadap isu-isu yang belum tentu benar. “Pilihlah menurut hati, mana yang terbaik,” katanya. (Nuel)