Pdt. Dr. Samuel Tandiassa

“Sebab kami mau, saudara-saudara, supaya kamu tahu akan penderitaan yang kami alami di Asia Kecil. Beban yang ditanggungkan atas kami adalah begitu besar dan begitu berat, sehingga kami telah putus asa juga akan hidup kami. Bahkan kami merasa, seolah-olah kami telah dijatuhi hukuman mati. Tetapi hal itu terjadi, supaya kami jangan menaruh kepercayaan pada diri kami sendiri, tetapi hanya kepada Allah yang membangkitkan orang-orang mati. Dari kematian yang begitu ngeri Ia telah dan akan menyelamatkan kami: kepada-Nya kami menaruh pengharapan kami, bahwa Ia akan menyelamatkan kami lagi,” (2 Kor. 3:8 – 10) 

Itulah firman Tuhan yang dijadikan oleh Pdt. Dr. Samuel Tandiassa, sebagai landasan refleksinya tentang “Bila Beban Hidup Amat Berat”. Untuk itu, Pdt. Dr. Samuel Tandiassa, mengingatkan di masa sulit seperti ini, menjadi pengikut Yesus yang baik, taat, dan setia tidak selalu berarti jalan hidup akan menjadi lebih muda dan indah. Begitupun, menjadi hamba Tuhan yang setia, tulus, sabar, rendah hati, dan diurapi, juga tidak selalu menjamin hidup akan bebas dari kesulitan, kesusahan, penderitaan, dan cobaan-cobaan. 

Apa yang disampaikan Ketua Majelis Daerah  (MD) Gereja Pantekosta di Indonesia (GPdI) Yogyakarta ini, bukan asalan tetapi memiliki contoh dan pengalaman yang kuat, diambil dari pengalaman Rasul Paulus. Banyak hamba Tuhan, tentu tahu Paulus adalah hamba Tuhan yang baik, setia, sabar, rendah hati, dan hidup secara ketat dalam kekudusan. Paulus juga seorang Rasul yang dipilih Allah melalui cara yang spesifik untuk tujuan khusus. Selama menjadi Rasul, Paulus mendapatkan pengalaman-pengalaman spiritual yang luar biasa dibandingkan dengan rasul-rasul lainnya. Sesuai kesaksiannya, tujuh (7) kali Paulus bertemu dengan Yesus. Satu kali Ia dibawah ke Surga yang disebutnya sebagai langit tingkat ke tiga. Dan selama pelayanannya sebagai hamba Tuhan, Rasul Paulus telah mengorbankan semua hartanya, bahkan nyawanya demi pelayanan kepada Yesus. 

Tetapi semua keistimewaan yang melekat pada diri Paulus sebagai hamba Tuhan yang dipilih secara spesifik, dan juga semua pengorbanan dan jasa-jasanya dalam pelayanan, tidak membuat sosok Rasul Paulus hidup tanpa kesulitan, hidup tanpa masalah, tanpa kesusahan, tanpa penderitaan,  atau tanpa cobaan-cobaan. Tidak hanya itu, posisi spesifik Paulus di dalam Tuhan, kedekatan dan keakrabannya dengan Yesus, ditambah dengan pengabdiannya yang disertai dengan pengorbanan harta dan nyawa, serta prestasi-prestasi besarnya, tidak membuat “setiap doanya direstui” atau “terkabulkan”. 

Lewat teks yang disebut sebagai Firman Tuhan, tetapi juga akrab disebut surat kesaksian Paulus, tentang berbagai penderitaan yang mendera tubuhnya, tentang beban-beban hidup yang begitu berat dan begitu besar yang ditanggungnya.  Termasuk terpaan derita yang tiada hentinya, serta tekanan beban-beban hidup amat berat yang melampaui kemampuan Paulus. Dalam beberapa versi terjemahan Bahasa Inggris ungkapan ‘begitu besar dan begitu berat’ disebutkan demikian: 1) “That we were weighed down exceedingly, beyond our power, so much that we despaired even of life, 2) that we were burdened excessively, beyond our strength, so that we despaired even of living, 3) that we were pressed out of measure, above strength, insomuch that we despaired even of life,”. Beban penderitaan yang Paulus ungkapkan: Exeedingly, beyond our power, excessively beyond our strength, out of measure, above strength, atau melampaui, melebihi, diluar ukuran, akhirnya membuat sang Rasul, sosok hamba Tuhan yang baik, menjadi putus asa. 

Lewat kisah seorang Rasul yang memiliki hubungan khusus dengan Tuhan, menimbulkan pertanyaan. Pertama, “Bagaimana sang Rasul (Paulus) yang diurapi,  menanggapi atau merespon beban dan penderitaan yang melampaui kekuatan?” Kedua, “Bagaimana tanggapan Paulus terhadap beban hidup yang amat berat yang dihadapinya?”. Keetiga, “Bagaimana rekasi Paulus, terhadap tekanan dan terpaan derita tiada hentinya?” 

Lewat tiga pertanyaan itu, Pdt. Dr. Samuel Tandiassa mengajak hamba-hamba Tuhan untuk jadikan perenungan dan penghayatan dalam menjadilani situasi kekinian dan untuk diajarkan kepada jemaat. Selain itu, diajaknya untuk memperhatikan secara teliti, kritis dan dengan menggunakan akal budi bagaimana sang Rasul menanggapi dan bereaksi. 

I. Realistis Terhadap Realita Kehidupan

Dalam relasinya dengan Tuhan, Rasul Paulus tentunya tetap memiliki iman yang kuat, kokoh, dan tidak tergoyahkan terhadap kebesaran, kedaulatan, dan kemahakuasaan Tuhan.

Kontemplasi-kontemplasi pribadi yang dilakukan Paulus telah meresapkan sifat-sifat Ilahi ke diri sang Rasul. Sifat-sifat IIahi telah menyatu dengan jiwa dan tubuhnya. Meskipun demikian, sang rasul tetap bisa berpikir secara realistis. Ia tetap bisa mengunakan daya beripikir rasional, sifat-sifat ilahi di dalam dirinya tidak menghilangkan unsur rasionalitas manusiawinya. Spiritualitasnya yang demikian mendalam tidak membutakan mata badani dan mata pikirannya terhadap realitas kehidupan di dunia yaitu penderitaan, sakit penyakit, kesusahan, kesulitan, dan berbagai pengalaman pahit yang mendera dirinya dan orang-orang beriman kepada Yesus. 

BACA JUGA  Ketika Nasib Konstitusi GPdI Tidak Menentu

Perhatikan sikap realistis atau daya berpikir rasional Paulus, sebagaimana yang tertulis dalam surat kesaksiannya kepada jemaat di Korintus: (1). Kami mengalami penderitaan berat di Asia. (2) Beban yang ditanggungkan atas kami begitu besar dan begitu berat. (3) Kami sudah putus asah karena beban-beban terlalu besar dan berat itu. (4) Kami seakan sudah dijatuhi hukuman mati. (Versi ISH: “Sehingga kami sudah tidak mengharap lagi akan hidup”). 

Penting Bersikap Realistis 

Mengapa penting untuk tetap bersikap realistis sebagai orang-orang beriman sebagaimana sang santo Paulus?  Karena sikap realistis itu justru mengandung nilai-nilai rohani, atau nilai-nilai moral yang mulia: (1) Realistis menunjukkan kejujuran dalam melihat realita kehidupan. (2) Realistis mengungkapkan ketulusan hati menerima kenyataan-kenyataan hidup walau menyakitkan. (3) Realistis adalah sikap rendah hati dalam memikul beban-beban berat dan cobaan-dobaan hidup. (4) Realistis adalah soal  keterbukaan dan penerimaan dengan legowo terhadqp kenyataan-kenyataan hidup, meski amat berat dan meneteskan air. 

Bila beban hidup terlalu berat, bila didera cobaan-cobaan dan derita tiada hentinya, bila realita kehidupan membuat seseorang akan putus asa, tetaplah bersikap realistis. Katakan pada Tuhan apa adanya, dan katakan kepada Tuhan semua penderitaan yang ada, termasuk perasaan-perasaan yang bergejolak di dalam hati—keputus asaan, kekuatiran, kekecewaan, kemarahan, rasa sakit hati, dll. Ingatlah, sikap realistis mengandung nilai-nilai spiritual yang mulia. 

II. Mencari Makna atau Alasan Dibalik Beban Hidup yang Berat 

Dengan sikap realistis tidak berarti bahwa Rasul Paulus lantas berdiam diri atau bersikap pasif dalam menerima realita kehidupan yang pahit dan menanggung derita serta beban-beban hidup yang berat, Tidak. Santo Paulus tidak berdiam diri, tidak bersikap pasif, dan tidak masa bodoh. 

Di dalam kontemplasinya, Paulus berusaha mencari tahu apakah ada makna dibalik beban berat, cobaan-cobaan, dan derita yang mendera dirinya. Lebih dari itu, Rasul Paulus berusaha menemukan jika ada alasan-alasan mengapa sekarang ia harus menangung beban-beban hidup yang teramat berat? Melalui kontemplasi yang mendalam, akhirnya sang Rasul menemukan makna yang indah serta alasan yang penting di balik derita, cobaan, dan beban hidup yang berat. Perhatikan apa yang ditemukan Paulus:  (1) “Supaya kami jangan menaruh kepercayaan pada diri kami sendiri”. Ungkapan ‘diri kami’ mengandung makna semua yang melekat pada diri Paulus, yaitu jabatannya, spritualitasnya, jasa-jasanya, dan prestasinya. Kalau dikalimatkan, maka bunyinya demikian: “Supaya kami jangan menaruh kepercayaan pada diri kami sendiri: kerasulan kami, iman kami, kesucian kami, kebenaran kami, kebaikan kami, doa-doa kami, jasa-jasa, dan prestasi kami”.  (2) “Supaya kami menaruh kepercayaan hanya kepada Allah yang membangkitkan orang-orang mati,”. Ada kemungkinan Paulus dan kawan-kawannya pernah tergoda untuk mengandalkan diri sendiri (seperti telah dijelaskan di atas). Sebagai tindakan pencegahan, Allah lantas mengijinkan penderitaan, beban-beban, dan kesulitan yang melampaui kekuatan Paulus. Oleh karena itu, tidak ada pilihan lain bagi Paulus selain –  menaruh kepercayaan dan harapan hanya kepada Allah. 

Penemuan Sebagai Solusi 

Memang tidak dijelaskan berapa lama Paulus melakukan pencarian melalui kontemplasinya. Yang diungkapkan dari surat kesaksiannya bahwa ketika Paulus menemukan makna dan alasan penderitaannya, semangatnya bangkit kembali dan harapannya berkobar lagi. Dan Paulus optimistis akan keluar dari masa-masa-masa sulit dan optimistis akan selalu selamat melewati kesusahan demi kesusahan. 

Bagi Paulus, masa-masa sulit memang belum terlewati, hari-hari kesusahan belum berlalu, dan beban-beban masih terasa amat berat membebani dirinya. Tetapi perasaan-perasaan tidak berdaya, derai air mata kepedihan, dan desah keputusasaan dalam batin telah berlalu, karena Paulus sudah menemukan makna penederitaannya. Paulus telah menangkap alasan mengapa Tuhan mengijinkan beban dan derita mendera dirinya. Dengan kata lain Paulus telah menemukan jawaban atau solusi atas masalah yang membebani dirinya selama ini. 

“Bila saat-saat ini kehidupan anda didera oleh pencobaan, penderitaaan, dan sakit penyakit, atau sedang dirundung kesusahan dan kepedihan, jangan langsung putus asa, jangan kecewa, dan jangan bersungut- sungut. Jangan pula mencari dari mana asal usul segala jenis masalah yang sedang menimpa diri Anda, atau mencari siapa yang patut disalahkan. Pencarian itu tidak akan pernah menemukan jawaban ,”ditegaskan Pdt. Dr. Samuel Tandiassa. 

BACA JUGA  Siapapun Pimpinan GPdI, Bila Ingin “Pemerintahannya” Berjalan Mulus, Bebaskan Diri dari Paternalisitik

Sebaliknya, Pdt. Dr. Samuel Tandiassa, mengungkapkan, reaksi dan usaha yang paling bijak dan tepat untuk dilakukan—seperti yang dilakukan Rasul Paulus—adalah mencari apa MAKNA penderitaan atau mencari ALASAN mengapa masalah itu terjadi? Penderitaan, pencobaan, bahkan kegagalan yang terjadi pada orang-orang beriman, pasti ada makna, alasan, bahkan memiliki tujuan-tujuan yang mulia. Di bagian lain surat kesaksiannya, Rasul Paulus mengatakan: “Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah,” (Rom. 8:28) 

Beban Hidup Dalam Skala yang Lebih Luas 

Hari-hari ini masyarakat dunia sedang menanggung beban hidup yang amat berat akibat keganasan virus Covid-19. Setiap hari Covid-19 merenggut puluhan ribu, bahkan sampai ratusan nyawa manusia tanpa pandang bulu, bangsa, atau negara. Sampai saat ini Covid-19 masih terus mengancam kelangsungan hidup manusia di bumi ini. Bangsa-bangsa, termasuk Indonesia, telah mengerahkan seluruh kemampuannya, kemampuan teknologi medis, kemampuan sains, kemampuan ekonomi, serta menerapkan berbagai macam protokol kesehatan, tetapi belum ada tanda-tanda keganasan Covid-19 melandai atau berkurang. Sementara itu kondisi ekonomi dan keuangan global semakin terpuruk. Perusahaan-perusahan raksasa pada bertumbangan, mall-mall dan hotel-hotel megah dan mewah pada “terseok-seok”. Kondisi ini berakibat secara langsung pada hilangnya sumber-sumber nafkah bagi jutaan pekerja, yang didalamya juga terdapat banyak anak Tuhan.  Dunia hampir-hampir putus asa menghadapi ancaman maut Covid-19 yang entah sampai kapan. Tepat seperti yang terjadi pada diri santo Paulus, mengalami penderitaan berat yang membuat ia sampai di titik putus asa.

Dituntut Sikap Realistis 

Sebagian masyarakat-termasuk didalamnya sebagian orang-orang beriman dan para rohaniawan, sebagian para medis dan politisi, dan sebagian lagi kelompok-kelompok tertentu- menganggap dan bahkan yakin bahwa Covid-19 tidak real, tidak sungguh-sungguh ada. Covid-19 itu hanya rekayasa manusia dan politik global badan-badan dunia. Atau Covid-19 adalah konspirasi antikris, kata sebagian orang nasrani dan sebagian pendetanya.

“Akan tetapi sebagaimana kesaksian Rasul Paulus, kiranya akan sangat bijaksana kalau kita bersikap realistis pada realita. Covid-19 itu ada dan nyata, bukan hoax, bukan rekayasa, bukan konspirasi, dan bukan pula antikris. Covid-19 itu realita yang ada di depan mata kita. Jutaan manusia di seluruh dunia telah menjadi korban, dan sampai hari ini korban masih terus berjatuhan. Covid-19 itu nyata dan ada di sekeliling anda. Di antara para korban Covid-19 itu ada banyak keluarga kita, ada banyak sahabat kita, ada ratusan pendeta dan warga jemaat, ada pula tetangga-tetangga kita, ada  banyak warga sekampung kita. Sudah ratusan ribu orang sebangsa kita yang telah jadi korbsn ,”terang Pdt. Dr. Samuel Tandiassa.

Pada kesempatan ini, dalam refleksinya, Pdt. Dr. Samuel Tandiassa mengatakan jika ada hamba Tuhan atau umat Kristiani yang menganggap Covid-19 itu hanya rekayasa, atau hoax, atau konspirasi antikris, atau politik global badan-badan dunia, pasti ada yang salah dengan spiritualitas hamba Tuhan tersebut. Ada yang tidak beres dengan  imannya, atau mungkin ada yang salah dengan ajarannya. “Jika anda adalah salah satu dari orang-orang yang menganggap Covid-19 itu hanya rekayasa, saya menyarankan Anda segera bangun dari tidur.  Mungkin tidur anda sudah berkepanjangan. Anda perlu bangun dan buka mata lalu melihat ke kanan dan kiri, ke depan dan belakang, ke sekeliling Anda. Realistilah pada realita kehidupan. Covid-19 ada disekeliling diri dan rumah kita,”tegasnya.

Menurut Pdt. Dr. Samuel Tandiassa, akan lebih bijak lagi jika masalah Covid-19 ini tidak “melemparkan” pada ihak-pihak tertentu. Sebaliknya, mencari makna atau alasan dibalik pandemi Covid-19 ini, yaitu makna dan alasan yang mengandung nilai-nilai spiritual. Sementara itu kita tetap terus menaruh seluruh kepercayaan hanya kepada Allah sang Pencipta dan sang pemelihara hidup, sambil berharap suatu hari nanti masa-masa kesusahan ini akan dilewati. “Dan Ingatlah ‘Gusti mboten sare’ – Tuhan tidak tidur……..,”Amin.

Apa pendapat anda tentang post ini ?
+1
1
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0

1 KOMENTAR

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini