Beberapa bulan pasca operasi, tepatnya April 2019, Enry dan Angelica kembali berkonsultasi dengan dokter kandungan di RS Bunda perihal keinginan untuk memiliki anak. Hasilnya, dokter menyarankan untuk mengikuti bayi tabung. “Tuba fallopi istri saya sudah diangkat dan tinggal satu, resiko untuk kehamilan ektopik terulang itu jauh lebih besar. Tapi kami tidak langsung mengikuti saran dokter, kami terus bergumul dan berdoa meminta petunjuk Tuhan,” kata Enry.
Setelah bergumul, Juni 2019 Angelica siap memulai program bayi tabung. Namun, baru tiba di Jakarta Enry mendapatkan kabar nenek dipanggil Tuhan. Kondisi tersebut memaksa Enry kembali ke Balikpapan, sedangkan Angelica tetap Jakarta.
Dalam kesendiriannya, Angelica coba kembali memakai tes pack karena ada dorongan dari dalam hatinya. Hasilnya sungguh di luar dugaan, Angelica positif hamil. “Dengan tanda positif ini kami belum langsung senang karena trauma dengan hamil ektopik yang pernah istri saya alami. Kami hanya bisa berdoa dan berdoa,” ungkapnya.
Mereka pun langsung pergi ke dokter kandungan. Namun karena masih terlalu muda, kantong janin masih belum terlihat. Satu minggu setelah itu, mereka kembali, lagi-lagi hasilnya sama kantong janin masih belum terlihat. “Setiap malam kami ambil waktu berdoa (saya, istri dan anak) untuk kami tumpang tangan agar janin dapat berkembang dengan baik dan tanpa mengikuti program bayi tabung,” urainya.
17 Juni 2019 kabar gembira itu pun datang. Dari hasil pemeriksaan, Angelica dinyatakan hamil secara normal. Dokter hanya mengatakan apa terjadi adalah kuasa Tuhan. “Kami sangat bersyukur dan bersukacita kepada Tuhan. Dulu di mana saya pernah bertanya mengapa tiba-tiba Tuhan memberikan cobaan kepada istri saya? Tapi kini saya hanya bisa bertanya ‘mengapa Engkau begitu baik kepada kami ya Tuhan?,” katanya dengan penuh syukur.
USG anak kedua Enry dan Angelica yang sedang mengacungkan jempol tangannya seakan ingin menyampaikan bahwa ia dalam kondisi yang baik. (Foto: DOK PRI)
Dari apa yang dialami, ayat dari 1 Korintus 2:9 menjadi rhema bagi kehidupan mereka. “Ayat ini sangat menyentuh kami, benar-benar rancangan Tuhan sungguh luar biasa, apa yang kami tidak pernah pikirkan justru itu yang Tuhan sediakan,” ungkapnya.
Kebahagiaan Enry dan Angelica pun semakin lengkap ketika sang anak lahir ke dunia dengan jenis kelamin laki-laki.
Dari apa yang dialami, Enry dan Angelica mengambil pelajaran bahwa rancangan Tuhan selalu indah meskipun terkadang manusia diminta untuk menunggunya terlebih dulu. “Waktu Tuhan selalu indah pada waktu-Nya. Waktu Tuhan bukanlah waktu kita, rancangan Tuhan bukanlah rancangan kita. Tidak tahu darimana perasaan ini bisa timbul tetapi kami percaya ini adalah maksud dan rencana Tuhan di dalam kehidupan kami,” pungkasnya. (NW)
Kuasa Tuhan sungguh luar bissa. Gbu