SERANG – Di tengah pemberlakuan kembali Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di seluruh kabupaten/kota di provinsi Banten, Banten Tower Of Prayer (TOP) telah melakukan berbagai kegiatan seperti menara doa, bakti sosial (Bansos) berupa penyemprotan desinfektan dan doa keliling.
Pada Selasa (15/9/2020) Banten TOP bekerja sama dengan Jaringan Mitra Doa (JMD) dan Jaringan Peduli Sesama (JPS) menggelar doa bagi Banten di gereja GPR Ebenhaezer Serang yang dimulai pukul 10.00 – 13.00 WIB.
Namun satu jam sebelum acara doa dimulai, tim Banten TOP melakukan bakti sosial berupa penyemprotan disinfektan di rumah-rumah penduduk dan gereja-gereja yang berada di sekitar GPR Ebenhaezer Serang.
Setelah 30 menit menyembah dalam berbagai pujian dan penyembahan, ketua Tim Banten TOP Mulyanto berbagi berkat kesaksian yang didapatnya dari 1 Raja-raja 17:7-24 tentang masalah yang dialami oleh janda di Sarfat.
Ketua Tim Banten TOP Mulyanto sedang menyampaikan kesaksian.
Mulyanto memaparkan bahwa apa yang dialami janda di Sarfat pernah dialami semua manusia termasuk masyarakat di Banten saat ini yaitu tentang masalah perekonomian dan pertolongan Tuhan padanya melalui nabi Elia.
“Di masa PSBB yang diterapkan kembali di seluruh Provinsi Banten, sangat berdampak pada semua sektor, termasuk pada gereja. Kita mengalami seperti yang dialami janda di Sarfat yaitu kematian ekonomi dan kematian fisik. Tapi jangan takut karena kita punya Tuhan yang jauh lebih besar dari pada masalah kita,” kata hamba Tuhan yang berprofesi sebagai kontraktor dan arsitek ini dengan semangat.
Namun, lanjutnya, agar mampu melewati ini semua yang dibutuhkan harus memiliki iman dan bersikap seperti janda di Sarfat yaitu mau mendengar pesan Tuhan melalui hambaNya Elia, rela berkorban (menabur) serta tidak takut menghadapi situasi yang menimpanya.
Selanjutnya, Mulyanto menyaksikan kisah kelam kehidupannya sebelum bertobat. “Saya dahulu pernah jadi preman dan bandar narkoba di Jakarta pada masa orde baru (Orba). Tidak ada yang berani menangkap saya karena saya punya beking yang kuat. Tapi puji Tuhan, pada tahun 1998 sebelum presiden Suharto lengser, Tuhan sudah menangkap saya dan saya bertobat,” ungkapnya.
“Saya bertobat semua karena anugerahNya. Saya mau mendengar pesan Tuhan melalui hamba-hamba-Nya, rajin menabur kebaikan, dan tidak takut menghadapi masalah karena Tuhan selalu menyertai setiap orang yang percaya padaNya,” tambahnya.
Di akhir kesaksiannya, Mulyanto menyerukan kepada semua hamba Tuhan dan aktivis gereja yang hadir untuk tetap setia serta senantiasa mengandalkan Tuhan.
“Dalam menghadapi pandemi Covid-19 ini, hendaknya kita jangan takut dan kuatir. Mari kita tetap setia melayani Tuhan, bangkit dan menjadi terang. Tetaplah setia berdoa untuk Indonesia, berdoa untuk Banten dan berdoa untuk kota,” pungkasnya.
Usai kesaksian, acara dilanjutkan dengan pembacaan deklarasi mercusuar penjaga, dan doa syafaat. Kemudian dilanjutkan dengan jamuan makan siang bersama. Setelah itu tim Banten TOP kembali doa keliling melewati rute Serang, kota Pandeglang, dan ke Anyer (Carita) lalu pulang ke Tangerang.
“Acara hari ini dibagi dua yaitu penyemprotan disinfektan dan doa (doa di gereja dan doa keliling). Tujuan dilakukan penyemprotan disinfektan ini sebagai langkah pencegahan meluasnya penyebaran virus Covid-19 di lingkungan sekitar gereja. Sedangkan doa-doa yang tadi kita panjatkan agar lawatan Tuhan turun atas Banten sehingga masa PSBB dan pandemi Covid-19 ini cepat berlalu yang akan berdampak pada pemulihan perekonomian Indonesia,” kata Mulyanto kepada MITRA INDONESIA.
Pdt. Sethriyanto Juwali (kiri) dan Pdt. Kasedu Niga (kanan) sedang membacakan Deklarasi Mercusuar Penjaga
Sebagai informasi, Banten TOP merupakan kumpulan para aktivis gereja dan hamba Tuhan yang berasal dari berbagai denominasi gereja dan profesi pekerjaan yang mempunyai hati untuk melayani di Banten tanpa membawa nama gereja. (HRY)