JAKARTA – Gereja–Gereja yang ada di Indonesia satu dengan lainnya memiliki latarbelakang “ajaran” (doktrin) berbeda. Yang paling kelihatan perbedaannya, di antaranya soal baptisan.
Ada kelompok yang memiliki pemahaman baptisan harus diselam dan ada kelompok yang memiliki pemahaman baptisan sebatas tuang/percik. Dari dua kelompok pemahaman yang berbeda tersebut, bila di “bedah” dari sumber yang sama yaitu Alkitab, apakah akan menemukan titik temu?
Dimulai dari kelompok yang memahami bahwa baptisan itu harus selam. Sebut saja ini kelompok pertama. Kelompok ini menggunakan argument baptis harus selam bertolak dari sebuah kisah di Alkitab yaitu saat Yohanes pembaptis membaptis Tuhan Yesus.

Bertolak dari peristiwa Tuhan Yesus dibaptis, kelompok pertama memahami Yesus dibaptis selam (sesudah dibaptis), Yesus keluar dari dalam air (Mat 3:16). Namanya keluar dari air, tentunya sebelumnya sudah masuk kedalam air. Ini diperkuat argumentnya dengan mengambil dasar kata baptis yaitu “baptizo”, yang secara harafiah ditafsirkan diselam.Selain itu, kelompok pertama ini bertolak dari Rm 6:3-4 dan Kol 2:12.
Roma 6 : 3-4 (3) “Atau tidak tahukah kamu, bahwa kita semua yang telah dibaptis dalam Kristus, telah dibaptis dalam kematian-Nya? (4) Dengan demikian kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia oleh baptisan dalam kematian, supaya, sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa, demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang baru,”.
Kol 2:12 “karena dengan Dia kamu dikuburkan dalam baptisan, dan di dalam Dia kamu turut dibangkitkan juga oleh kepercayaanmu kepada kerja kuasa Allah, yang telah membangkitkan Dia dari orang mati.”
Ayat ini ditafsirkan oleh kelompok pertama bahwa seseorang yang percaya, mengaku dan menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat, memberi dirinya untuk dibaptis. Ini adalah gambaran bahwa hidup yang lama itu sudah mati dan dikuburkan dan dibangkitkan menjadi manusia baru didalam Kristus. Namanya dikuburkan tentunya seluruh tubuh masuk ke dalam tanah sebagaimana seseorang dibaptis selam dimana seluruh tubuh pun terbenam di dalam air. Berpegang pada ayat tersebut, cara pembaptisan harus diselam.
Ada satu kelompok lain yang mempraktekkan baptis tuang/percik, biasanya orang – orang yang memiliki pemahaman yang mengaitkan antara Perjanjian Lama ( PL ) dan Perjanjian Baru ( PB ). Sebut saja kelompok kedua. Bagi kelompok kedua, PL dan PB tidak pernah dapat dipisahkan melainkan satu keterkaitan yang berkesinambungan.

Perlu diketahui baptisan Yohanes Pembaptis adalah baptisan pertobatan moral, yang adalah tradisi orang Yahudi. Kelompok kedua ini percaya bahwa baptisan Yohanes Pembaptis adalah baptisan tuang/percik karena latar belakang ayahnya, Zakaria adalah seorang imam. Proses pengurapan kepada imam, raja dilakukan dengan cara menuangkan minyak dari atas kepala. Bagaimana dengan kata “baptizo”, apakah berarti “diselam”? “Baptizo” berasal dari akar kata “bapto” yang mempunyai arti selam, celup, rendam, siram, curah, tuang, basuh, cuci, percik. Kata “bapto” bukan single meaning tapi multi meaning. Berbeda dengan kata “rantizo” berarti percik/curah dan “dupto” berarti di selam, yang kedua kata tersebut adalah single meaning.
Waktu Yohanes Pembaptis membaptis Tuhan Yesus kata apa yang dipakai? Apakah “rantizo”, “dupto” atau “baptizo”? Kata yang dipakai adalah “baptizo”. Akibat kata “baptizo” inilah yang menjadi perdebatan hingga hari ini di antara aliran Gereja tanpa ada titik temu.
“Bapto”, akar kata dari “baptizo”, muncul beberapa kali dalam Alkitab dalam berbagai situasi sebagai berikut: Markus 7:4 “mencuci” perkakas-perkakas, tempat pembaringan, dll (TB2) menggunakan akar kata “bapto”.
Lukas 11:38 “mencuci” tangan menggunakan akar kata “bapto”. Tradisi orang Yahudi pada masa itu mencuci tangan dengan cara menuangkan air dari atas telapak tangan. I. Kor 10 :1-2 “dibaptis” dalam awan dan dalam laut, juga menggunakan akar kata “bapto”. Ini dalam konteks Musa membawa bangsa Israel keluar dari Mesir melewati laut Teberau yang terbelah. Jika dikatakan orang-orang Israel berjalan ditempat yang kering, yang terendam adalah orang-orang Mesir pada waktu air laut tertutup kembali (Kel 14 : 15-30). Melihat peristiwa itu, apakah orang Mesir yang dibaptis?
Kembali kepada peristiwa Tuhan Yesus dibaptis oleh Yohanes Pembaptis. Dari kata “baptizo” tidak dapat di klaim apakah selam atau tuang/percik karena multi-meaning. Satu kata yang sering di pakai adalah Yesus “keluar” dari dalam air. Dalam bahasa Yunani ada dua kata yang berarti “keluar” yaitu “apo dan “ek”.
Dua kata ini sesungguhnya mempunyai arti yang berbeda karena bahasa Indonesia tidak mempunyai satu padanan kata untuk mengungkapkan artinya. Kata “ek” berarti tidak terjadi perpindahan satu objek dari subjek (posisi semula) tetapi hanya posisinya saja yang berubah, bukan berpindah, bahasa sederhananya keluar dari dalam. Kata “apo” berarti terjadiperubahan jarak posisi sebuah subjek terhadap objeknya, dengan kata lain berpindah tempat dari posisi semula atau bahasa sederhananya bergeser posisi.
Bagaimana dengan kata Yesus “keluar” dari dalam air di Matius 3:16? Dalam bahasa aslinya dipakai kata “apo”, dimana anggota tubuh Tuhan Yesus hanya berpindah/bergeser dari posisi semula, tidak keluar dari dalam air. Seberapa dalam air sungai itu tidak menjadi penting karena cara pembaptisan itu bukanlah hal yang esensial untuk diperdebatkan. Yang terpenting adalah akibat/hasil dari baptisan itu karena makna baptisan itu mempersatukan manusia dengan Kristus, sehingga manusia mati dengan Dia dan bangkit dengan Dia.
Ada 3 aturan dalam PL yang dianggap kekal, tetap berlaku zaman PB, hanya ada perubahan:
– Paskah Yahudi di PL (Kel 12 : 14, 17) berubah menjadi Perjamuan Kudus (roti & anggur) di PB (Mat 26 : 26-29). Paskah Kristen inilah yang terus dilakukan umat Kristen sampai kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kali.
– Sabat PL (Kel 31 : 16-17) dari hari Sabtu menjadi hari Minggu (PB) Kis 20 : 7. “Pada hari pertama dalam minggu itu, ketika kami berkumpul untuk memecah-mecahkan roti, Paulus berbicara dengan saudara-saudara di situ, karena ia bermaksud untuk berangkat pada keesokan harinya. Pembicaraan itu berlangsung sampai tengah malam.”
Hari Sabat Yahudi adalah hari yang ke tujuh yaitu hari Sabtu. Kalimat “Pada hari pertama dalam minggu itu, …”, menunjuk hari Minggu karena hari Minggu adalah hari yang pertama. Itulah gereja mula-mula mengadakan ibadah pada hari Minggu. Sabat Kristen mengikuti tradisi dari gereja mula-mula pada hari Minggu dan hari Minggu juga adalah hari dimana Tuhan Yesus bangkit dari kematian. Arti harafiah dari Sabat adalah perhentian, bukan berhenti dari bekerja tetapi hari dimana orang berdosa diperdamaikan dengan Allah yang memberikan damai dan sentosa yaitu keselamatan bagi yang percaya kepada-Nya, itulah hari perhentian yang sesungguhnya.
– Sunat PL (Kej 17:13) berubah menjadi baptisan PB (Kol 2:11-12). Arti sunat dalam PL adalah tanda ikatan perjanjian Allah dengan bangsa Israel secara lahiriah sampai kedatangan Tuhan Yesus yang pertama kali.
Sunat di PL ini digantikan dengan baptisan di PB. Sebagaimana sunat adalah tanda ikatan perjanjian Allah dengan bangsa pilihan (Israel) secara lahiriah sampai kedatangan Tuhan Yesus yang pertama kali. Demikian pula baptisan adalah tanda ikatan perjanjian Allah dengan gereja-Nya (orang Kristen) secara rohaniah sampai kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kali. Baptisan air (PB) menggantikan sunat (PL) sebagai ikatan perjanjian kekal Allah dengan gereja-Nya (semua bangsa) dari hanya kepada bangsa Israel.
Dari mana diketahui keterkaitan sunat dengan baptisan?
Kol 2 : 11-12 (11) “Dalam Dia kamu telah disunat, bukan dengan sunat yang dilakukan oleh manusia, tetapi dengan sunat Kristus, yang terdiri dari penanggalan akan tubuh yang berdosa, (12) karena dengan Dia kamu dikuburkan dalam baptisan, dan di dalam Dia kamu turut dibangkitkan juga oleh kepercayaanmu kepada kerja kuasa Allah, yang telah membangkitkan Dia dari orang mati,”.
Apa arti sunat Kristus? Sunat Kristus adalah kelahiran baru. Siapa yang mengerjakan sunat Kristus? Tentunya bukan pekerjaan manusia tetapi pekerjaan Allah yang melahirkan-barukan seseorang.
Kol 2 : 11 berbicara mengenai sunat rohani dan di sejajarkankan dengan Kol 2 : 12 mengenai baptisan rohani. Kol 2 :12 dan Roma 6 : 3-4 ini yang menjadi perdebatan antara dua kelompok tadi karena kelompok pertama melihatnya sebagai cara baptisan secara jasmaniah.
Sedangkan kelompok kedua melihatnya sebagai baptisan secara rohaniah alias kelahiran baru, yang dikerjakan oleh Allah, bukan oleh manusia. Dengan demikian sunat Kristus (sunat rohani) yang tidak kelihatan, ditandai dengan sunat secara lahiriah, yang kelihatan dengan mata jasmani. Begitu pula dengan baptisan rohani (kelahiran baru) yang tidak kelihatan dengan mata jasmani, ditandai dengan baptisan air yang terlihat oleh mata jasmani.
Sebagaimana arti sunat, baptisan adalah tanda yang kelihatan yang “diikat” dengan meterai oleh Allah dalam batin orang percaya bahwa dia adalah milik Allah (Roma 4 : 11). Itulah ikatan perjanjian Allah dengan gereja-Nya turun temurun sampai kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kali.
Cara baptisan, baik itu selam maupun tuang/percik bukan hal yang esensial untuk diperdebatkan. Sebagaimana sunat hanya dilakukan satu kali seumur hidup, demikian pula baptisan. Yang sudah dibaptis tuang/percik, tidak perlu dibaptis ulang secara selam dan sebaliknya demikian. Baptisan air bukan syarat keselamatan tetapi baptisan air diperintahkan oleh Tuhan Yesus untuk dilakukan sebagai konfirmasi masuk ke dalam perjanjian-Nya. Melalui baptisan rohani yaitu kelahiran baru itulah yang membuat seseorang diselamatkan.
Ada situasi tertentu misalnya ada orang sakit sangat berat dan pada detik-detik terakhir hidupnya orang tersebut bertobat terima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamatnya tapi tidak sempat dibaptis, karena situasi yang tidak memungkinkan. Ingat salah satu penjahat yang di salib di samping Tuhan Yesus, bertobat pada detik-detik terakhir menjelang kematiannya. Tuhan Yesus berkata kepadanya: “ … sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus” (Luk 23:43).
Pada umumnya kelompok kedua yang memegang baptisan percik/tuang, tidak terlalu mempermasalahkan dengan baptisan selam selama baptisan dilakukan dalam nama Allah Tritunggal (dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus) seperti yang diperintahkan Tuhan Yesus di Mat 28 : 19.
Setelah melihat kedua kelompok yang berbeda pendapat dan praktik mengenai cara baptisan, apakah ada signifikansinya?
Penulis : Harry Mandagi, adalah seorang pemerhati yang memiliki panggilan pelayanan untuk umat Kristiani di Indonesia lintas Sinode Gereja.