Pdt. Dr. S Tandiassa

“Solusi atau jalan keluar” adalah ungkapan yang paling berharga bagi siapa saja, mulai dari orang yang kaya raya sampai pada kaum fakir miskin, dari kaum lansia sampai kaum remaja. Bagi yang mengalami kegagalan, yang menderita penyakit, yang kesusahan, yang diterpa cobaan, dan yang sedang sekarat, sangat mengharapkan dan menantikan solusi, atau jalan keluar. 

Tetapi pertanyaannya “Apakah ada solusi dari Allah atas pencobaan-pencobaan atau masalah-masalah yang mendera hidup manusia, termasuk di dalamnya orang-orang beriman atau orang-orang soleh?” Pertanyaan seperti ini pernah juga jemaat di Korintus berikan pada pemimpin spiritual mereka, yaitu Paulus. Saat itu Paulus menjawab “Pada waktu kamu dicobai, Ia  (Allah) akan memberikan kepadamu jalan keluar sehingga kamu dapat menanggungnya” (1Kor. 10:13). Menurut rasul Paulus, setiap kali jemaat mengalami pencobaan atau ditimpa masalah, apapun bentuknya, Allah sudah menyediakan solusi atau jalan keluarnya. 

Jika Tuhan sudah menyediakan jalan keluar dari setiap pecobaan, mengapa ada banyak umat Tuhan yang masih terus bergumul dalam pencobaan-pencobaan hingga ada sebagian yang sampai pada titik keputusasaan? 

– Jika Tuhan sudah menyediakan solusi atas masalah-masalah hidup manusia, mengapa pandemi Covid tampak semakin hari semakin mengganas, sehingga menyebabkan timbulnya masalah-masalah lain yang memberatkan hidup manusia? 

– Jika sudah ada solusi dari Allah atas masalah-masalah hidup manusia, seharusnya penyebaran Virus Corona telah berhenti, dan umat Tuhan di alam ini telah kembali kepada kehidupan normal. Faktanya kehidupan umat Tuhan di alam ini masih terus terancam oleh virus-virus yang mematikan.  

SALAH MEMAKNAI 

Ada banyak umat Tuhan yang tidak pernah menemukan solusi atas cobaan-cobaan yang dialami, itu adalah kenyataan. Bahwa pandemi Covid-19 masih mengganas dan terus menelan korban nyawa manusia tanpa pandang bulu, ya itu adalah fakta yang terjadi di depan mata kita setiap hari. Akan tetapi kenyataan atau fakta tersebut tidak berarti bahwa tidak ada solusi atas pencobaan atau Pandemi Covid, juga tidak berarti bahwa Tuhan belum memberikan jalan keluar.  

Sebenarnya bukan karena tidak ada solusi, juga bukan karena Tuhan belum memberi jalan keluar, melainkan karena PEMAHAMAN kebanyakan orang beriman tentang makna “jalan keluar”  atau “solusi”, berbeda dari MAKNA yang sesungguhnya sebagaimana yang dimaksudkan di dalam teks Paulus. Atau dalam pengertian yang lain, makna yang ditangkap, dipegang, dan diharapkan oleh kebanyakan umat Tuhan, bukan makna yang dimaksud oleh rasul Paulus. 

1. Bukan Keluar dari Pencobaan 

Kebanyakan orang menganggap makna ‘solusi’ atau ‘jalan keluar’ dari pencobaan adalah keluar dari cengkraman pencobaan atau dari masalah. Keluar digambarkan seperti seorang yang keluar dari sebuah kamar yang gelap, atau seperti seseorang yang keluar dari kurungan penjara, bukan seperti itu maksud Rasul Paulus. 

2. Bukan Berakhirnya Pencobaan.

Sebagian orang beriman menganggap makna ‘jalan keluar’ atau solusi atas pemcobaan-pencobaan adalah berakhirnya masa atau waktu yang didalamnya seseorang mengalami pencobaan atau masalah. Pencobaan mungkin berlangsung satu minggu, atau satu bulan, atau satu tahun lalu berakhir atau selesai, dan tidak ada lagi pencobaan, makna yang terkandung di dalam teks tidak seperti itu. 

3. Bukan Bebas dari Pencobaan.

Begitu pula ada sebagian orang yang berharap bahwa jika Tuhan memberi jalan keluar, itu berarti bebas dari segala pencobaan dan masalah kehidupan. Bebas seperti burung yang lepas dari sangkarnya. Bebas dalam artian tidak lagi akan mengalami pencobaan-pencobaan, teks Paulus samasekali tidak mengandung makna seperti itu.

Sekali lagi mau ditegaskan bahwa makna ‘jalan keluar’ bukan ‘keluar dari’ pencobaan-pencobaan’, bukan berakhirnya masa atau waktu pencobaan, dan juga bukan berarti bebas dari segala pencobaan atau masalah. Perhatikan teksnya: “Pada waktu kamu dicobai, Ia akan memberikan kepadamu jalan keluar sehingga kamu dapat menanggungnya” . Teks ini tidak menyebutkan bahwa ‘Allah akan memberi jalan keluar’ sehingga kamu dapat keluar dari pencobaan. Juga tidak disebutkan bahwa Allah menghentikan atau mengakhiri segala pencobaan. Tidak!  Yang tertulis adalah, “Allah akan memberi jalan keluar sehingga kamu dapat menanggungnya”. Solusi atau jalan keluar dari Allah bukan ‘keluar dari’, atau ‘bebas dari’, melainkan ‘dapat menanggungnya’. 

PANDEMI COVID – 19

Pencobaan atau masalah yang menimpa hidup mamusia,  apapun bentuknya, sudah merupakan bagian dari proses hidup di alam ini. Ayub, seorang yang sangat saleh, menyatakan manusia harus berjuang selama hidup di alam ini. (Ayub 7:1).

BACA JUGA  Ketum GKRI, Pdt. Hendra Gunawan Divaksinasi Covid-19 Program Kemenkes dan PGI

Sekarang pencobaan atau masalah yang menghadang kita berwujud Pamdemi yang bernama Virus Corona. Sudah hampir dua tahun seluruh umat Allah bergumul dan berjuang untuk melepaskan diri dari cengkraman Pandemi Covid-19. Sudah jutaan nyawa manusia yang telah ditelan oleh pencobaan Covid. Sejak pencobaan Covid ini muncul di Wuhan  pada awal tahun 2019, seluruh umat manusia, dari semua agama, telah berdoa kepada Tuhan memohon jalan keluar atau solusi. Tetapi sampai Agustus 2021 ini pencobaan Covid belum berhenti, malahan tampak semakin ganas dan makin banyak tokoh agama yang menghadap penciptaNya karena Covid-19.

Pertanyaannya: Apakah Allah sudah memberi jalan keluar atau solusi atas pencobaan atau wabah Corona ini? 

SOLUSI DARI ALLAH

Meskipun Pandemi Covid-19 belum berakhir, malahan jenis virusnya bertambah, dan korban-korban masih terus berjatuhan, hal itu tidak berarti bahwa Allah belum memberi solusi atau jalan keluarnya. Sesungguhnya Allah tidak pernah terlambat untuk memberi solusi atau jalan keluar atas setiap masalah yang mendera umat-Nya. 

1. DAYA TAHAN 

Sejak virus Corona muncul pertama kali di Wuhan Tiongkok, sesungguhnya Allah sudah memberi solusi atau jalan keluar. Nama dan bentuk jalan keluar atau solusi itu adalah DAYA TAHAN secara mental. 

Dapatkah Anda membayangkan betapa kacau dan hancurnya dunia kita sekarang, jika Tuhan tidak memberi jalan keluar atau solusi dengan cara mempersiapkan orang-orang yang memiliki DAYA TAHAN mental yaitu PARAMEDIS? Tanpa memikirkan keselamatan nyawa serta nyawa keluarga mereka, paramedis dan relawan berani dan rela merawat ribuan pasien Covid. Tidak sedikit dari para medis dan relawan itu yang akhirnya menjadi korban virus Corona, tetapi kenyataan itu tidak membuat mental paramedis lainnya melemah atau menjadi tawar hati. Sampai hari ini, paramedis dan relawan Covid masih tetap bertahan dan terus berjuang untuk menyelamatkan nyawa ratusan bahkan ribuan pasien yang sedang terkapar di rumah sakit dan di shelter – shelter. Daya tahan mental dan keberanian para medis bersama para relawan ini adalah salah satu jalan keluar atau solusi dari Allah atas Pandemi Covid-19. 

Terlepas dari adanya oknum-oknum paramedis dan relawan yang mungkin bermasalah dalam melaksanakan tugas-tugasnya, tetapi kita harus obyektif mengakui bahwa semua upaya dan perjuangan berat yang mereka lakukan adalah bagian dari solusi atau jalan keluar yang diberikan Allah pada kita atas masalah Pandemi virus Corona.  

2. CARA atau SIKAP. 

Bentuk solusi atau jalan keluar kedua dari Allah atas pencobaan Pandemi Corona adalah CARA atau SIKAP dalam menghadapi serangan virus Corona. Apa yang sekarang disebut PROKES – protokol kesehatan,  yang isinya adalah tentang bagaimana CARA dan SIKAP kita menghadapi virus Corona, adalah sebuah penemuan. 

PROKES kelihatannya sederhana, karena hanya soal: Memakai Masker, Mencuci Tangan, Menjaga Jarak, dan Menjauhi kerumunan. Akan tetapi jika Tuhan tidak memberi inspirasi kepada para ahli, maka tidak mungkin ada yang dapat mengetahui atau menemukan prinsip-prinsip PROKES. PROKES memang tidak mematikan, tidak menghilangkan, dan tidak mengusir virus Corona. Tetapi dengan PROKES, terbukti kita bisa mencegah penularan Virus dan dapat memproteksi diri, atau minimal meminimalisir penyebaran virus Corona. 

Selain dari PROKES, solusi atau jalan keluar yang berupa CARA atau SIKAP yang diberikan Allah juga adalah kebijakan-kebijakan pemerintah dalam mencegah penularan dan penyebaran virus Corona. Sebagai ‘hamba Allah’ pemerintah membuat kebijakan-kebijakan tentu bukan untuk kepentingan mereka, melainkan untuk kepentingan umat Allah. Kebijakan LOCKDOWN atau PPKM misalnya, jelas kebijakan-kebijakan ini bertujuan luhur dan mulia, yaitu untuk menyelamatkan masyarakat dari bahaya terpapar virus Corona. 

Di satu sisi, kebijakan-kebijakan ini memang sedikit mengganggu aktivitas dan produktifitas ekonomi masyarakat, tetapi kita juga harus obyektif bahwa di sisi lain keselamatan nyawa manusia jauh lebih penting dan bernilai daripada keselamatan ekonomi. Tepat seperti pertanyaan Yesus: “Apakah untungnya bagi seseorang jika ia memperoleh seluruh dunia tetapi jiwanya binasa?” Sebagai umat yang menjunjung tinggi nilai-nilai religius dan kemanusiaan, kita seharusnya menyambut dengan rasa syukur atas adanya penemuan-penemuan para ahli dan kebijakan-kebijakan pemerintah sebagai solusi dari Allah terhadap masalah pendemi Covid yang sedang melanda dan mengancam keselamatan nyawa manusia. 

BACA JUGA  Yesus Pernah Diangkat Menjadi Tuhan?

3. SARANA 

Tuhan memberi solusi tidak dengan cara melakukan tindakan-tindakan seperti yang kita bayangkan dan harapkan, yaitu menggunakan kemahakuasaan-Nya untuk menghentikan Pandemi atau membasmi virus Corona. Ganti daripada menggunakan kemahakuasaan-Nya, Allah mengilhami atau memberi inspirasi kepada para ilmuan di bidang medis sehingga berhasil menemukan teori-teori ilmiah tentang pengobatan, dan selanjutnya memformulasi bahan-bahan tertentu menjadi obat atau vaksin virus Corona. Maka obat-obatan atau Vaksin untuk virus Corona ini adalah SARANA  sebagai bagian dari JALAN KELUAR atau SOLUSI yang diberikan Allah kepada umat-Nya. Sebagai makhluk ciptaan Allah yang rasional, kita seharusnya mensyukuri, sekaligus bersukacita, dan menyambut serta memanfaatkan sarana medis ini sebagai solusi atau jalan keluar yang dianugerahkan Allah kepada kita. 

Anda mungkin bertanya, mengapa Allah tidak menggunakan kemahakuasaan-Nya untuk menyelesaikan masalah pandemi virus Corona? Itu adalah pertanyaan semua makhluk rasional yang disebut manusia. Pasti ada banyak jawaban dari kaum rohaniawan, tetapi tentunya jawaban-jawaban itu hanyalah spekulasi belaka. Yang jelas, sesuai dengan kitab Suci, tidak seorangpun yang bisa memahami hati dan pikiran Allah—walaupun seringkali ada oknum hamba Tuhan yang gegabah mengatakan bahwa ia mau menyampaikan isi hati Allah. Kepada oknum-oknum ini, Allah sudah menjawab: “Pikiran-Ku  bukan Pikiranmu, dan jalan-Ku bukan jalanmu” (Yes. 55:8). 

MENGANDAI-ANDAI

Bayangkan, jika sejak munculnya di Wuhan Maret 2019 sampai Agustus 2021 ini,  Allah tidak memberi DAYA TAHAN  mental kepada para medis dan relawan untuk berjibaku merawat pasien-pasien virus Corona. Jika Allah tidak memberi gagasan atau ide kepada para ahli tentang CARA dan SIKAP menghadapi serangan maut dari Covid-19. Jika Allah tidak mengilhami para ahli medis untuk menciptakan SARANA untuk melawan keganasan virus Corona, delta, Betha, gamma, dan Alfa. Jika tidak ada kebijakan pemerintah untuk LOCKDOWN atau PPKM, kira-kira sudah berapa ratus juta nyawa manusia yang ditelan oleh Pandemi Covid ini? 

Pikirkan, andaikan sejak virus Corona masuk ke wilayah Indonesia pada awal tahun 2019 sampai Agustus tahun 2021 ini, Allah tidak menyediakan orang-orang yang berdaya tahan, tidak ada CARA, SARANA, LOCKDOWN atau PPKM untuk menghadapi wabah pamdemi virus ini? kira-kira sudah berapa puluh juta nyawa penduduk Indonesia yang telah jadi korban sia-sia?

AKHIRNYA…

Pandemi Covid-19 mungkin saja tidak akan berakhir. Bisa jadi jenis-jenis lain virus Corona akan terus bertambah dan tidak dapat dibasmi, seperti halnya virus-virus dan bakteri-bakteri penyakit lainnya – Malaria, TBC, Kolera, dan yang lainnya. Akan tetapi tidak berarti tidak ada solusi atau tidak ada jalan keluarnya. Sesuai Firman Allah melalui Paulus, sesungguhnya Allah SUDAH menyediakan solusi atau jalan keluar, sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya. 

Sayangnya terdapat kelompok-kelompok masyarakat yang tanpa menggunakan akal sehat, menolak solusi-solusi yang sudah disediakan Allah melalui lembaga-lembaga pemerintah atau lembaga-lembaga sosial. Dan yang lebih disesalkan lagi, ternyata ada juga kelompok gereja, yang diwakili oleh para pendetanya, yang secara emosional – kehilangan akal sehat, menolak solusi dari Allah dengan cara membakar masker secara beramai-ramai dan melanggar protokol kesehatan, sekaligus melanggar UUD kesehatan. Sikap serta aksi-aksi penolakan ini sangat membahayakan masyarakat sekitar dan khususnya membahayakan warga jemaat. 

Kelompok-kelompok masyarakat atau komunitas gereja yang menolak setiap upaya lembaga pemerintah dan lembaga sosial untuk mengatasi pandemi Covid, sesungguhnya mereka  MENOLAK dan MELAWAN solusi atau jalan keluar yang sudah disediakan oleh ALLAH. Singkatnya, menolak atau melawan CARA, KEBIJAKAN, dan SARANA berkaitan dengan Pandemi Covid, adalah MENOLAK dan MELAWAN SOLUSI dari ALLAH…… Amin 

Salam sehat! semoga kita semakin bijak.

Pdt. Dr. S. Tandiassa. Penulis adalah seorang dosen Sekolah Tinggi teologia Intheos, Surakarta. Juga seorang penulis buku Teologi dan Populer, sudah 12 judul buku. Dan sebagai Ketua Majelis Daerah (MD) Gereja Pantekosta di Indonesia, Daerah Istimewa Jogjakarta.

Apa pendapat anda tentang post ini ?
+1
3
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0

1 KOMENTAR

  1. Sangat memberkati dan memberi pemahaman yang mendalam tentang adanya covid 19 dan bagaimana Allah memberi solusi.
    Dan memberi kesadaran bagi pemimpin agama lebih khusus pemimpin gereja untuk lebih cerdas dalam menyikapi pandemi yang ada dengan mendukung pemerintah sebagai Wakil Allah di muka bumi dalam menangani dan memberi perlindungan kepada masyarakat dan bukan sebaliknya.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini