JAKARTA – Belum lama ini umat Kristiani dikagetkan dengan video seorang pendeta Indonesia yang menjelaskan setelah kematian, dikehidupan berikutnya akan ada hewan peliharaan, di antaranya, Anjing.
Salah satu penulis tetap di media ini, Harry Mandagi dalam perbincangan tidak menanggapi serius penjelasan pendeta yang setelah kematian, dikehidupan berikutnya akan ada hewan peliharaan.
“Membahas hal seperti ini sangat tidak penting, sebab tidak menambah iman, tidak tahu pun tidak berdosa. Tetapi ini menjadi ramai karena ada tafsiran dari seorang yang akhir-akhir ini menjadi perbincangan di sosial media terkait banyak pandangannya yang nyeleneh,”katanya.
Bersamaan dengan itu, Harry Mandagi mengungkapkan sejak dahulu sudah ada banyak pandangan mengenai langit baru bumi baru. Ada penafsiran yang mengatakan langit baru bumi baru itu sama dengan surga.
Ada pula yang mengatakan nanti langit baru bumi baru itu ada di dunia ini. Pandangan ini memang di antara para teolog masih berbeda – beda. Misalnya ada yang mengatakan langit baru bumi baru itu ada didunia tetapi bumi yang sudah “direstorasi/diperbaharui” menjadi bumi yang baru dan “bersatu” dengan surga.
Berangkat dari pandangan inilah, apa yang ada di bumi ini seperti pohon-pohonan, hewan, dll akan ada pula di langit baru bumi baru. Pohon-pohonan dan hewan-hewan yang ada di langit baru bumi baru tentunya berbeda dengan yang ada bumi sekarang ini karena semuanya hidup bersama dengan damai satu dengan yang lain (Yes 65:25).
Kembali lagi kata Harry Mandagi, ini hanya sebuah penafsiran yang bersifat spekulasi sebab Alkitab tidak memberikan gambaran yang jelas alias hanya samar-samar mengenai hal ini. Apabila ditanya apakah bentuk hewan di langit baru bumi baru sama dengan yang ada di dunia? Kalau berbeda, seperti apa bentuknya? Tentu tidak ada yang bisa menjawabnya.
“Keingintahuan manusia akan hal ini membuat para teolog mencoba menafsirkan ayat-ayat tersebut yang sebenarnya sudah melampaui wahyu yang Allah singkapkan untuk diketahui oleh manusia. Mengetahui hal-hal yang tidak secara eksplisit dikatakan dalam Alkitab seperti ini bukan hal yang esensial karena tidak mempengaruhi iman orang percaya,”tegasnya.
Sebaliknya, Harry Mandagi, menyarankan agar umat Kristiani dapat bersikap kritis dalam mendengar penjelasan – penjelasan Firman Tuhan dari siapapun agar jangan mudah terpengaruh kepada ajaran yang dapat menyimpangkan fokus dari perkara yang sebenarnya jauh lebih penting daripada hal tersebut.
Harry Mandagi menambahkan, sikap yang terbaik adalah apabila hal-hal yang Alkitab silent (diam/bisu), seharusnya manusiapun harus silent. Demikian pula hal-hal yang samar-samar dalam Alkitab, jangan menafsirkannya dengan terlalu “berani”. Hal-hal yang Allah singkapkan, itulah yang harus diketahui oleh manusia tetapi hal-hal yang tidak atau sangat sedikit disingkapkan-Nya, itu berarti Allah mau itu menjadi rahasia atau misteri Allah bagi manusia (Ul 29:29).
“Masih banyak hal-hal yang jauh lebih penting yang perlu digali dari Alkitab, hal-hal yang telah Allah singkapkan,”
Lebih jauh, Harry Mandagi tidak kaget dengan hadirnya ajaran – ajaran sesat karena sejak dari gereja mula-mula sudah muncul banyak pengajar yang menyimpangkan ajaran yang Alkitabiah, sebut saja ada suatu teori yang dinamai Corpus Delicti (CD) yang muncul di abad 21 ini.
Corpus Delicti (CD)
Harry Mandagi berkata, CD bila diartikan secara harafiah adalah “alat bukti” — itu bahasa hukum. Maksudnya, kalau ada seseorang yang melakukan pelanggaran atau kejahatan, orang tersebut tidak serta merta boleh dinyatakan bersalah dan dijatuhkan hukuman, karena perlu adanya pembuktian terlebih dahulu. Dalam istilah hukum disebut praduga tak bersalah. Itu adalah cara berpikirnya orang yang mengajarkan teori CD.
Ajaran ini mengatakan bahwa iblis yang dia sebut dengan nama Lucifer, waktu memberontak kepada Allah tidak dapat dihukum sebelum dapat dibuktikan kesalahannya. Teori ini mengajarkan bagaimana cara membuktikan kesalahan yaitu dengan mencari pembanding.
Harry Mandagi meminta perhatian pembaca menyimak sebuah analogi untuk lebih mudah memahami teori CD dari seorang pendeta abad 21 ini yang lagi viral :
Ada seseorang dituduh mencuri tetapi belum dapat dinyatakan bersalah karena perlu adanya pembuktian dari orang lain yang menjadi pembanding. Dicarilah seorang yang benar-benar tidak pernah mencuri satu kalipun selama hidupnya untuk menjadi pembanding. Itulah gambaran besar dari teori CD ini.
Dengan demikian Lucifer tidak dapat dipersalahkan atas pemberontakannya sebelum ada pembanding yang tidak berdosa, hidup suci, taat dengan sempurna. Maka dari itu Allah menciptakan Adam untuk menjadi pembanding tetapi menurut pencetus teori CD ini sangat disayangkan Adam gagal karena jatuh dalam dosa.
“Pada saat Adam dan Hawa jatuh dalam dosa, mengapa mereka langsung dihukum oleh Allah dengan keterpisahan (secara rohani) mereka dengan Allah. Bahkan Allah mengusir mereka keluar dari Taman Eden dengan segala konsekuensi hukuman yang mereka alami. Mengapa pencetus teori CD tidak komplain Allah bisa langsung menghukum mereka tanpa mencari pembanding terlebih dahulu? Disinilah terlihat jelas ketidak-konsistenan pencetus teori CD dalam bertheologia,”terang Harry Mandagi
Harry Mandagi mengatakan, menurut pencetus CD karena Adam dan Hawa jatuh dalam dosa maka Allah kemudian memakai Yesus Kristus menjadi pembanding dan kali ini berhasil karena bisa taat dengan sempurna tanpa dosa. Akan tetapi walaupun Yesus Kristus berhasil hidup taat dengan sempurna tanpa dosa, menurut pencetus CD, Lucifer tetap belum bisa dinyatakan bersalah karena skors masih satu sama (1:1), kedudukan seimbang antara Lucifer dan Kristus.
“Jadi bagaimana dapat mempersalahkan Lucifer? Teori dari pencetus CD mengatakan diperlukan CD-CD lain yang bisa hidup suci tanpa dosa dan cela, taat dengan sempurna seperti Yesus Kristus, baru Lucifer dapat dinyatakan bersalah dan dihukum. Siapakah CD-CD yang dimaksud? Menurut pencetus CD adalah orang-orang percaya yang bisa hidup suci tanpa dosa dan taat dengan sempurna. Kalau Yesus dapat melakukannya, CD-CD pun pasti dapat melakukannya, menurut teorinya,”terang Harry Mandagi.
Apakah CD ini ajaran Alkitab?
Harry Mandagi bertanya, apakah manusia mampu hidup suci, taat tanpa dosa, sempurna seperti Kristus? Apabila pencipta konsep CD mengatakan manusia mampu melakukannya, bagaimana mengartikan I. Yoh 1:8, 10?
( I. Yoh 8 ) “Jika kita berkata, bahwa kita tidak berdosa, maka kita menipu diri kita sendiri dan kebenaran tidak ada di dalam kita”. (10) “Jika kita berkata, bahwa kita tidak ada berbuat dosa, maka kita membuat Dia menjadi pendusta dan firman-Nya tidak ada di dalam kita,”.
Bertolak dari I. Yoh 1 : 8, 10 Harry Mandagi menegaskan konsep CD bertentangan dengan Alkitab! Alasannya karena tidak ada satupun manusia yang tidak berdosa, sehingga konsekuensinya apabila mengacu kepada teori CD maka Lucifer selamanya tidak akan pernah dapat dihukum.
Kenyataannya ajaran CD ini bertentangan dengan Alkitab karena Firman Tuhan berkata lain di Yud 1:6 dan 2 Ptr 2:4. Iblis sudah dihukum tetapi masih diberi ruang gerak yang “terbatas” sampai pada hari penghakiman nanti di akhir zaman.
Yud 1:6 “Juga malaikat-malaikat yang tidak taat pada batas-batas kekuasaan mereka, melainkan meninggalkan tempat kediaman mereka, ditahan-Nya dengan belenggu abadi di dalam dunia kekelaman sampai penghakiman pada hari besar.” (PBTB2)
2 Petrus 2:4 “Sebab Allah tidak menyayangkan malaikat-malaikat yang berbuat dosa tetapi melemparkan mereka ke dalam neraka di mana mereka dirantai dalam kegelapan untuk disimpan sampai hari penghakiman;” (PBTB2)
“Theologia yang dibangun dari pemikiran yang keluar dari dasar yang sudah ditetapkan yaitu para rasul, para nabi, dengan Kristus yang menjadi sentral (pusat) nya (Ef 2:19-20), akan menghasilkan satu pemahaman yang melawan Alkitab,”.
Diingatkan oleh Harry Mandagi, Allah adalah pencipta sejarah dan Dia juga bekerja melalui sejarah, apa yang sudah terjadi dari zaman para nabi, para rasul, Kristus, sampai kepada terbentuknya gereja mula-mula, sidang-sidang konsili bapa-bapa gereja sampai zaman reformasi tahun 1517 oleh Martin Luther, para teolog-teolog yang ajarannya kembali kepada Alkitab, adalah bagian yang tak terpisahkan dari perjalanan iman Kristen. Apabila ada suatu ajaran yang muncul secara tiba-tiba dan terpisah / terputus dari sejarah, patut diselidiki ajarannya apakah itu sesuai dengan Alkitab.
“Orang Kristen harus bertumbuh dan tidak boleh terus menjadi Kristen ‘kanak-kanak’, sehingga mudah diombang-ambingkan oleh rupa-rupa angin pengajaran dari permainan palsu manusia yang menyesatkan (Ef 4:14),”.
“Paulus sudah mengingatkan karena banyak penyesat-penyesat yang ingin mengalihkan orang-orang Kristen untuk percaya kepada Injil yang lain, yang diputar-balikkan, itu adalah pekerjaan iblis (Gal 1:6-9). Paulus memakai kata-kata yang keras yaitu “terkutuk” bagi penyesat-penyesat ini. Mereka datang dengan memakai nama “Yesus” tapi sesungguhnya adalah Yesus yang lain, bukan Yesus yang diajarkan Alkitab (2 Kor 11:3-4 ; Mat 7:21-23),”.
Harry Mandagi berkata bukan hanya Paulus yang mengutuk para ajaran sesat tetapi Tuhan Yesus sendiri juga memakai kata yang lebih keras buat para penyesat: “…. celakalah orang yang mengadakannya (mengajarkan ajaran sesat)” dan bagi penyesat ini “lebih baik baginya jika sebuah batu kilangan diikatkan pada lehernya, lalu ia dilemparkan kedalam laut (artinya dihukum mati), dari pada menyesatkan salah satu dari orang-orang yang lemah ini” (Luk 17:1-2).
“Ajaran sesat adalah sesuatu sangat serius di mata Tuhan Yesus, tanpa dapat dikompromikan dengan alasan apapun juga, yang Tuhan Yesus dengan tegas mengatakan konsekuensinya adalah “hukuman mati”. Rasul Paulus juga berulang kali menasihati dalam surat-suratnya kepada jemaat-jemaat di Korintus, Roma, Filipi, Galatia, Kolose, dsb, akan bahaya penyesat-penyesat yang menyusup kedalam jemaat-jemaat,”.
Harry Mandagi menutup perbincangan dengan berkata “Semua teori yang dinamakan CD ini – bukan kebenaran tetapi mencari pembenaran dari manusia. Ajaran ini sesungguhnya melawan Alkitab dengan memutar-balikkan ajaran yang rasuli selama berabad-abad dipegang oleh gereja yang Am, gereja universal sepanjang zaman. Waspadalah. Waspadalah.