Seperti ini suasana belajar anak-anak di pedalaman

JAKARTA – Sukses atau tidaknya seorang anak ditentukan dari pendidikan yang diterimanya. Sayangnya, masih banyak anak-anak di Indonesia yang belum menerima pendidikan secara baik karena keterbatasan dana maupun daerah tempat tinggal sang anak. Hal ini tentu membahayakan bagi kehidupan sebuah bangsa karena anak-anak adalah calon pemimpin ke depannya.

Adalah Dr. Yoanes Kristianus, M.th., PhD yang panggilan akrab dipanggil Jojo beserta istri Henny Kristianus, M.A yang memiliki hati untuk anak-anak Indonesia. Bermula dari keprihatinannya, Yoanes dan istri sepakat membentuk sebuah yayasan bernama Tangan Pengharapan. “Dulu saya tinggal bersama keluarga besar di Australia. Setiap tahun ketika pulang ke Indonesia untuk berlibur, saya selalu melihat banyak anak-anak yang putus sekolah, baik di kota maupun di daerah,” ungkapnya.

Hatinya semakin hancur ketika melihat realita yang ada. Dari data yang dimilikinya, tahun 2006 ada sekitar 300 ribu anak-anak putus sekolah. Ia membayangkan betapa bahayanya kondisi tersebut jika terus didiamkan. “Saya membayangkan jika setiap tahun ada 300 ribu anak putus sekolah, maka 10 tahun ke depan akan ada 3 juta generasi monster yang lahir,” kata Yoanes.

Dari apa yang dilihatnya, Yoanes bersama istri memutuskan tinggal di Indonesia setelah bergumul kira-kira lima (5) bulan. Meskipun keputusannya sempat ditentang keluarga besarnya, Yoanes tetap pada panggilannya untuk anak-anak Indonesia. “Saya sempat menolong dengan berdonasi, tapi saya pikir kurang maksimal. Akhirnya saya dan istri memutuskan untuk tinggal di Indonesia memenuhi panggilan Tuhan untuk membantu anak-anak yang membutuhkan,” jelasnya.

Di Indonesia, Yoanes menetap di Bandung untuk mengembalakan sebuah gereja. Sementara di rumah, istri memberikan les kepada anak-anak di sekitar perumahannya yang mengalami putus sekolah. “Bermula ketika siang hari. Istri saya sering mendengar banyak anak-anak bermain di depan rumah. Setelah di terlurusi ternyata mereka bermain di siang hari karena tidak bisa sekolah. Akhirnya istri mengajak anak-anak tersebut untuk belajar bahasa Inggris sekaligus memberikan mereka makan agar mendapatkan asupan gizi yang mencukupi,” paparnya.

Mendirikan yayasan

Berjalannya waktu, pelayanannya untuk anak-anak semakin berkembang. Ia pun berinisiatif untuk membuat sebuah yayasan untuk menaungi kegiatan-kegiatan sosial yang dilakukan dirinya bersama istri. Dari situ tercetuslah yayasan dengan nama Tangan Pengharapan. “Kenapa namanya tangan pengharapan? Karena kita ini tangan-tangan Tuhan yang harus memberikan pertolongan kepada anak-anak. Visi kami adalah Menolong anak-anak yang tertinggal agar bisa bangkit. Yayasan ini netral, tidak di bawah partai politik atau sinode tertentu dan kami menolong semua anak tanpa memandang agamanya,” urainya.

BACA JUGA  GAMKI Adakan Vaksinasi Covid-19 Bekerjasama Dengan Polri dan PGIS Kota Bogor

Yoanes berkata, Yayasan Tangan Pengharapan (YTP) lahir dari mimpi anak bangsa yang rindu untuk mengeluarkan masyarakat Indonesia dari keterpurukan dan kemiskinan serta kurang meratanya dan mahalnya pendidikan. Harapannya, dapat membangun dan mengubah masa depan generasi bangsa Indonesia menjadi lebih baik. “Menitik beratkan pada pendidikan, kesehatan dan pembelaan terhadap Hak Asasi Manusia, khususnya untuk memperoleh akses kepada Pendidikan dan Kesehatan secara merata untuk membangun masyarakat yang sejahtera, adil dan makmur,” paparnya.

Di pedalaman, YTP semakin berkembang. Sebab, apa yang dilakukan YTP lebih tepat sasaran. Yoanes pun sering kali menitihkan air mata ketika melihat kondisi pendidikan anak-anak di pedalaman. Masih banyak yang belum tersentuh. “Banyak anak-anak yang tidak bisa baca tulis. Bahkan di sebuah desa, ada empat generasi yang buta huruf,” ungkapnya.

YTP memiliki visi “Mewujudkan generasi & masyarakat yang beriman, cerdas dan berkarakter untuk mensejahterakan bangsa”. Sedangkan misinya “membantu setiap orang menemukan potensi diri mereka sendiri dan mengeluarkan mereka dari kemiskinan dengan memberikan solusi praktis.”

Ada tiga program utama YTP yaitu pendidikan untuk anak-anak, pengobatan gratis dan pemberdayaan masyarakat. Untuk bidang pendidikan, YTP memiliki beragam kegiatan seperti learning center, children rescue home, teacher impact, rular teacher, life skill training, school building dan school suppliers.

Yoanes menjamin, semua anak-anak yang berada di bawah naungan YTP akan mendapatkan pendidikan yang baik karena diajar dengan tenaga pendidik (guru) yang berkompeten. “Saat ini kami memiliki 80 guru S1 dari total 120 guru. Namun kami masih kekurangan guru sebanyak 20 lagi,” jelasnya seraya menambahkan secara berkala guru-guru juga mendapatkan pelatihan dari YTP.

Lanjutnya, anak-anak akan mendapatkan pelajaran yang sama seperti pendidikan pada umumnya. Bahkan di YTP, selain menerima pengajaran (pendidikan) anak-anak juga diberikan makanan yang bergizi. Tujuannya, agar gizi yang didapatkan anak-anak sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan. “Kami berharap anak-anak tidak lagi buta huruf karena setiap anak punya hak untuk bisa sekolah,” doa Yoanes.

BACA JUGA  Kondisi Terkini 36 Mahasiswa Seminari Bethel Jakarta Positif Corona, Juru Bicara: Semua Sehat

Sementara itu, untuk program pengobatan gratis, YTP melakukan minimal 1 minggu 1 kali di center-center YTP dan desa-desa di pedalaman Timor, NTT sekaligus memberikan edukasi kesehatan kepada para pasien. Program ini ditujukan untuk semua usia. “Agak sulit untuk menghire tenaga medis karena kurangnya tersedia tenaga medis yang bersedia melayani masyarakat pedalaman. Jadinya setiap minggu kami menghire dokter dari RSUD yang sedang libur untuk membantu kami,” kata Yoanes seraya menjelaskan salah satu hambatan lainnya untuk mengadakan pengobatan gratis adalah sulitnya medan yang harus dilalui.

Dalam menjalankan semua program di YTP Yoanes mengakui memerlukan dana sebesar ratusan juta setiap bulannya. Sebab saat ini ada 5000 anak yang tersebar di 65 center YTP di Indonesia. Untuk mencukupinya, Yoanes dan istri sering menabur, disamping ada bantuan dari donatur dan pemasukan dari lini bisnis yang dimiliki YTP. Seperti menjual baju, kemeja, topi tas dan lain-lain, serta liburan misi (holiday mission). “Holiday mission adalah sebuah wisata sambil bermisi. Nantinya wisatawan akan kami ajak ke center YTP, di sana mereka bisa melihat bagaimana kegiatan-kegiatan YTP sekaligus mereka akan ikut dalam beberapa kegiatan tersebut. Sekaligus kami mengenalkan daerah di Indonesia dari sisi yang berbeda,” ungkapnya.

Untuk mengetahui lebih jauh tentang YTP, bisa menghubungi kontak center di nomor 021-4528511 atau melalui email di ytpindonesia@gmail.com. Juga bisa langsung mengunjungi website www.tanganpengharapan.org atau follow Instagram @Tangan_Pengharapan atau berkunjung langsung ke kantor YTP di Jl. Banyo Raya B1 No. 28, Kelapa Gading, Jakarta Utara. (NW)

Pimpinan Yayasan Tangan Pengharapan Dr. Yoanes Kristianus bersama keluarga
Apa pendapat anda tentang post ini ?
+1
13
+1
4
+1
1
+1
1
+1
1
+1
1
+1
0

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini